Selasa, 28 September 2010

Marah, Puasa batal?? (Seri Ramadhan si Kecil)

Marah, Puasa batal?? (Seri Ramadhan si Kecil)



Sudahlah mnejadi kebanggaan bagi para orang tua saat buah hati mereka mulai belajar untuk berpuasa. Mulai dari puasa setengah hari (anak boleh berbuka saat tengah hari, lalu melanjutkan kembali puasanya-red) hingga puasa penuh yaitu sejak terbit matahari hingga terbenamnya matahari. Tentu kita sepakat, bahwa melatih berpuasa pada anak pada usia sedini mungkin adalah kegiatan yang baik agar saat diusia menjelang balighnya kelak ia sudah terbiasa berpuasa di bulan Ramadhan.



Puasa bagi anak-anak tentu bukanlah hal yang mudah. Pum tak semua anak mengiyakan saat orang tua mereka mengajak berpuasa bersama. Berpuasa berarti anak harus menahan lapar dan haus. Ini tidak mudah bagai tahun-tahun permulaan anak belajar puasa. Ada anak yang mulai sejak usia 4/5 tahun (usia prasekolah) hingga sekolah dasar permulaan (kelas 1-3 SD). Nah, kapan anda dahulu mulai belajar puasa?



Mengajak sikecil berpuasa memang tidak mudah. Karena itu, para orang tua melakukan berbagai cara agar sang buah hati mau belajar puasa namun tetap terasa begitu menyenangkan dan membuat si kecil bangga. Belajar berpuasa bagi sikecil, adalah suatu prestasi yang membanggakan. Ada orang tua yang mengimingi “kalau puasanya pol (penuh) nanti mama/papa kasih hadiah… atau uang sebesar …” atau ada orang tua yang memberi upah uang jajan per hari dengan jumlah tertentu yang akan dikumulatifkan dan diberikan pada akhir Ramadhan atau saat hari raya. Saya tak akan mengatakan hal ini baik atau buruk. Karena saya yakin satiap orang tua memiliki pertimbangan masing-masing terhadap putera puterinya. Namun, saya yakin bahwa kita sepakat apapun cara yang kita lakukan untuk melatih putera puteri kita belajar puasa, akhir dari segalanya agar mereka kelak berpuasa melalui kesadarannya. Tentu hal ini akan berjalan seiring dengan usia kematangannya. Saat anak-anak sudah mampu berpikir lebih matang, tentu dengan kadar ilmu yang telah bertambah.



Syauqi (9 th) kelas 3 SD dan adiknya Zakki (7,9 th) kelas 2 SD, seperti tahun-tahun sebelumnya Ramadhan kali ini mereka sudah bersiap menyambut bulan suci dengan semangat. Setiap hari menjelang datangnya Ramadhan mereka selalu bertanya (tanpa tahu sudah seberapa seringnya mereka bertanya-red) “kapan sih kita puasa?” atau puasanya berapa hari lagi?”. Begitulah antusiasme mereka menyambut Ramadhan, layaknya anak seusia mereka pada umumnya. Kali ini, mereka bertekad puasa sebulan penuh. Agar Ramadhan kali ini lebih baik dari Ramadhan sebelumnya.



“Yu’ta (kata sapaan dari kata ayuk (panggilan kakak perempuan bagi orang Palembang) dan ita (nama panggilan di keluarga)) kalau nanti Uki (panggilan kecil untuk Syauqi) puasanya penuh dapat apa?” tanyanya polos. Seingat saya, tahun lalu saya tak pernah menjanjikan apa-apa untuk upah puasa mereka, pun untuk tahun ini. Bagi saya, lebih baik memberikan hadiah secara surprise, tanpa menjanjikan atau mengiming-imingi sesuatu. Saya hanya ingin adik-adik saya belajar untuk tidak mengharapkan sesuatu dari orang lain. Atau berharap melakukan sesuatu karena iming-iming. Saya hanya berharap mereka belajar berusaha optimal, dan biarlah Allah yang memberikan hadiahnya. Meski di akhir Ramadhan pasti ada hadiah yang diberikan pada mereka, namun hadiah itu bukanlah suatu iming-iming. Hadiah itu adalah benar-benar kejutan, sebagaimana Allah selalu memberikan kejutan disaat yang tak kita sangka-sangka.



Kembali pada pertanyaan Syauqi… saya pun menjawab ”kalau Syauqi puasa penuh, syauqi akan dapat pahala dari Allah. Allah akan makin sayang sama Syauqi. Hadiahnya, biar Allah saja yang ngasih. Syauqi mau disayang Allah?” Syauqi pun mengangguk. “ kalau Syauqi disayang Allah, jangankan yang Syauqi minta. Yang Syauqi nggak minta.. insyaALlah akan diberikan oleh Allah. Itu namanya nikmat” ujarku sambil tersenyum. “dan, Allah akan lebih sayang lagi kalau bukan Cuma puasanya aja yang pol, tapi juga sholatnya. Buat apa kalau puasanya pol tapi nggak sholat, atau sholatnya bolong-bolong yak kan?“ tambah saya. “Hmm, kita lihat aja nanti apa yang Allah hadiahkan sampai akhir Ramadhan nanti” ujar saya tersenyum penuh makna. Ia pun tersenyum. Dan kami pun sama-sama tersenyum.



Bulan puasa pun tiba. Hari pertama dan kedua pun berjalan dengan baik. Syauqi bertekad puasa penuh satu hari. Zakki baru mampu puasa setengah hari. Tak hanya puasa, sholatnya pun sudah sempurna lima waktu. Karena takut terlewat sholat shubuh, biasanya syauqi selalu minta dibangunkan. Sholat lima waktunya pun tak tanggung-tanggung, diusahakannya berjama’ah dimasjid. Rumah kami memang tak terlalu jauh dari masjid. Ditambah, ada beberapa temannya teman untuk pergi ke masjid. Subhanallah.. saya hanya tak menyangka bahwa semangat Ramadhannya begitu tinggi. Hmm, untuk Zakki.. sholatnya memang masih bolong-bolong. Meski belum sempurna lima waktunya, tapi saya tetap menghargai usahanya. Setidaknya pada bulan Ramadhan tak terlalu sulit mengingatkan mereka sholat.



Saat hari ketiga. Syauqi dan Zakki bermain sepak bola bersama. Entah bagaimana, terjadilah pertengkaran kecil saat bermain. Syauqi, sang kakak merasa begitu marah terhadap Zakki sang adik. Dalam amarahnya, ia teringat bahwa ia sedang puasa. Ia pun pulang ke rumah, lalu langsung membatalkan puasanya. Saat ditanya “Loh kok Syauqi minum? Kan lagi puasa…” Syauqi pun menjawab dengan wajah agak cemberut “habisnya.. adek bikin Uki marah. Uki kesel.. puasa Uki jadi batal” “oooo makanya sekarang Uki minum?” Syauqi pun mengangguk. Saya pun hanya tersenyum geli. Saya pun bertanya kronologis kejadian mengapa Syauqi bisa marah. Setelah Syauqi selesai memaparkan kejadiannya, Saya pun meluruskan persepsinya. “ Syauqi… puasa itu memang bukan Cuma gak makan dan gak minum. Tapi juga menahan hawa nafsu, ya contohnya marah. Syauqi sudah pinter.. maksudnya Syauqi mungkin karena nggak bias nahan marah makanya Syauqi buka puasa kan?” tanyaku memastikan. Syauqi pun mengangguk seraya tetap menyimak. Saya tersenyum kembali, lalu melanjutkan “ Kita memang harus menahan diri supaya nggak marah. Tapi, yang membatalkan puasa kita itu kalau kita makan dan minum. Kalau kita marah.. puasanya nggak batal… tapi, mengurangi pahala puasa kita. Begitu… Jadi kalau nanti Syauqi mau marah, atau udah terlanjur marah.. Syauqi istighfar aja. Trus berwudhu. Ya..” “iya.. tapi gimana kalau nanti adek iseng bikin Uki marah?” “hmm, gini aja.. Uki sama adek boleh main diluar, tapi sebentar aja. Nah, siang-siang habis main sebentar, syauqi sama adek tidur siang. Nanti di bangunin kalau dikit lagi sholat ashar. Gimana?” “ iya “ jawabnya.



Hari-hari selanjutnya, Syauqi dan Zakki memang tak pernah lama bermain di luar rumah. Tentu karena mereka ingin menjaga kesempurnaan puasanya. Subhanallah.. saya hanya masih terkagum dengan Ramadhan si kecil tahun ini.. sepenggal kisah lucu mereka, merupakan inspirasi dan hikmah bagi kehidyupan saya. Bukankah kita dapat belajar dari siapapun? meski dari anak kecil sekalipun. saya belajar tentang semangat beribadah dan keistiqomahan mereka dalam menjalankan sedikit ilmu yang baru mereka dapat.. Ya Allah, jagalah mereka.. jadikanlah mereka sebagai bagian dari rijalud dakwah untuk meninggikan Asma-Mu.. di bumi-Mu…



Ya Allah, mudahkanlah..d an saksikanlah..!



(untuk adik-adikku sayang.. I love you.. coz Allah)