tag:blogger.com,1999:blog-10779730207565985442024-02-08T03:46:18.198-08:00Taqiya AsywaqLet's be an inspiring mom and an inspiring educator..Taqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.comBlogger29125tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-10790110470444648522010-09-28T00:20:00.000-07:002010-09-28T00:21:42.324-07:00Marah, Puasa batal?? (Seri Ramadhan si Kecil)Marah, Puasa batal?? (Seri Ramadhan si Kecil)<br /><br /> <br /><br />Sudahlah mnejadi kebanggaan bagi para orang tua saat buah hati mereka mulai belajar untuk berpuasa. Mulai dari puasa setengah hari (anak boleh berbuka saat tengah hari, lalu melanjutkan kembali puasanya-red) hingga puasa penuh yaitu sejak terbit matahari hingga terbenamnya matahari. Tentu kita sepakat, bahwa melatih berpuasa pada anak pada usia sedini mungkin adalah kegiatan yang baik agar saat diusia menjelang balighnya kelak ia sudah terbiasa berpuasa di bulan Ramadhan.<br /><br /> <br /><br />Puasa bagi anak-anak tentu bukanlah hal yang mudah. Pum tak semua anak mengiyakan saat orang tua mereka mengajak berpuasa bersama. Berpuasa berarti anak harus menahan lapar dan haus. Ini tidak mudah bagai tahun-tahun permulaan anak belajar puasa. Ada anak yang mulai sejak usia 4/5 tahun (usia prasekolah) hingga sekolah dasar permulaan (kelas 1-3 SD). Nah, kapan anda dahulu mulai belajar puasa?<br /><br /> <br /><br />Mengajak sikecil berpuasa memang tidak mudah. Karena itu, para orang tua melakukan berbagai cara agar sang buah hati mau belajar puasa namun tetap terasa begitu menyenangkan dan membuat si kecil bangga. Belajar berpuasa bagi sikecil, adalah suatu prestasi yang membanggakan. Ada orang tua yang mengimingi “kalau puasanya pol (penuh) nanti mama/papa kasih hadiah… atau uang sebesar …” atau ada orang tua yang memberi upah uang jajan per hari dengan jumlah tertentu yang akan dikumulatifkan dan diberikan pada akhir Ramadhan atau saat hari raya. Saya tak akan mengatakan hal ini baik atau buruk. Karena saya yakin satiap orang tua memiliki pertimbangan masing-masing terhadap putera puterinya. Namun, saya yakin bahwa kita sepakat apapun cara yang kita lakukan untuk melatih putera puteri kita belajar puasa, akhir dari segalanya agar mereka kelak berpuasa melalui kesadarannya. Tentu hal ini akan berjalan seiring dengan usia kematangannya. Saat anak-anak sudah mampu berpikir lebih matang, tentu dengan kadar ilmu yang telah bertambah.<br /><br /> <br /><br />Syauqi (9 th) kelas 3 SD dan adiknya Zakki (7,9 th) kelas 2 SD, seperti tahun-tahun sebelumnya Ramadhan kali ini mereka sudah bersiap menyambut bulan suci dengan semangat. Setiap hari menjelang datangnya Ramadhan mereka selalu bertanya (tanpa tahu sudah seberapa seringnya mereka bertanya-red) “kapan sih kita puasa?” atau puasanya berapa hari lagi?”. Begitulah antusiasme mereka menyambut Ramadhan, layaknya anak seusia mereka pada umumnya. Kali ini, mereka bertekad puasa sebulan penuh. Agar Ramadhan kali ini lebih baik dari Ramadhan sebelumnya.<br /><br /> <br /><br />“Yu’ta (kata sapaan dari kata ayuk (panggilan kakak perempuan bagi orang Palembang) dan ita (nama panggilan di keluarga)) kalau nanti Uki (panggilan kecil untuk Syauqi) puasanya penuh dapat apa?” tanyanya polos. Seingat saya, tahun lalu saya tak pernah menjanjikan apa-apa untuk upah puasa mereka, pun untuk tahun ini. Bagi saya, lebih baik memberikan hadiah secara surprise, tanpa menjanjikan atau mengiming-imingi sesuatu. Saya hanya ingin adik-adik saya belajar untuk tidak mengharapkan sesuatu dari orang lain. Atau berharap melakukan sesuatu karena iming-iming. Saya hanya berharap mereka belajar berusaha optimal, dan biarlah Allah yang memberikan hadiahnya. Meski di akhir Ramadhan pasti ada hadiah yang diberikan pada mereka, namun hadiah itu bukanlah suatu iming-iming. Hadiah itu adalah benar-benar kejutan, sebagaimana Allah selalu memberikan kejutan disaat yang tak kita sangka-sangka.<br /><br /> <br /><br />Kembali pada pertanyaan Syauqi… saya pun menjawab ”kalau Syauqi puasa penuh, syauqi akan dapat pahala dari Allah. Allah akan makin sayang sama Syauqi. Hadiahnya, biar Allah saja yang ngasih. Syauqi mau disayang Allah?” Syauqi pun mengangguk. “ kalau Syauqi disayang Allah, jangankan yang Syauqi minta. Yang Syauqi nggak minta.. insyaALlah akan diberikan oleh Allah. Itu namanya nikmat” ujarku sambil tersenyum. “dan, Allah akan lebih sayang lagi kalau bukan Cuma puasanya aja yang pol, tapi juga sholatnya. Buat apa kalau puasanya pol tapi nggak sholat, atau sholatnya bolong-bolong yak kan?“ tambah saya. “Hmm, kita lihat aja nanti apa yang Allah hadiahkan sampai akhir Ramadhan nanti” ujar saya tersenyum penuh makna. Ia pun tersenyum. Dan kami pun sama-sama tersenyum.<br /><br /> <br /><br />Bulan puasa pun tiba. Hari pertama dan kedua pun berjalan dengan baik. Syauqi bertekad puasa penuh satu hari. Zakki baru mampu puasa setengah hari. Tak hanya puasa, sholatnya pun sudah sempurna lima waktu. Karena takut terlewat sholat shubuh, biasanya syauqi selalu minta dibangunkan. Sholat lima waktunya pun tak tanggung-tanggung, diusahakannya berjama’ah dimasjid. Rumah kami memang tak terlalu jauh dari masjid. Ditambah, ada beberapa temannya teman untuk pergi ke masjid. Subhanallah.. saya hanya tak menyangka bahwa semangat Ramadhannya begitu tinggi. Hmm, untuk Zakki.. sholatnya memang masih bolong-bolong. Meski belum sempurna lima waktunya, tapi saya tetap menghargai usahanya. Setidaknya pada bulan Ramadhan tak terlalu sulit mengingatkan mereka sholat.<br /><br /> <br /><br />Saat hari ketiga. Syauqi dan Zakki bermain sepak bola bersama. Entah bagaimana, terjadilah pertengkaran kecil saat bermain. Syauqi, sang kakak merasa begitu marah terhadap Zakki sang adik. Dalam amarahnya, ia teringat bahwa ia sedang puasa. Ia pun pulang ke rumah, lalu langsung membatalkan puasanya. Saat ditanya “Loh kok Syauqi minum? Kan lagi puasa…” Syauqi pun menjawab dengan wajah agak cemberut “habisnya.. adek bikin Uki marah. Uki kesel.. puasa Uki jadi batal” “oooo makanya sekarang Uki minum?” Syauqi pun mengangguk. Saya pun hanya tersenyum geli. Saya pun bertanya kronologis kejadian mengapa Syauqi bisa marah. Setelah Syauqi selesai memaparkan kejadiannya, Saya pun meluruskan persepsinya. “ Syauqi… puasa itu memang bukan Cuma gak makan dan gak minum. Tapi juga menahan hawa nafsu, ya contohnya marah. Syauqi sudah pinter.. maksudnya Syauqi mungkin karena nggak bias nahan marah makanya Syauqi buka puasa kan?” tanyaku memastikan. Syauqi pun mengangguk seraya tetap menyimak. Saya tersenyum kembali, lalu melanjutkan “ Kita memang harus menahan diri supaya nggak marah. Tapi, yang membatalkan puasa kita itu kalau kita makan dan minum. Kalau kita marah.. puasanya nggak batal… tapi, mengurangi pahala puasa kita. Begitu… Jadi kalau nanti Syauqi mau marah, atau udah terlanjur marah.. Syauqi istighfar aja. Trus berwudhu. Ya..” “iya.. tapi gimana kalau nanti adek iseng bikin Uki marah?” “hmm, gini aja.. Uki sama adek boleh main diluar, tapi sebentar aja. Nah, siang-siang habis main sebentar, syauqi sama adek tidur siang. Nanti di bangunin kalau dikit lagi sholat ashar. Gimana?” “ iya “ jawabnya.<br /><br /> <br /><br />Hari-hari selanjutnya, Syauqi dan Zakki memang tak pernah lama bermain di luar rumah. Tentu karena mereka ingin menjaga kesempurnaan puasanya. Subhanallah.. saya hanya masih terkagum dengan Ramadhan si kecil tahun ini.. sepenggal kisah lucu mereka, merupakan inspirasi dan hikmah bagi kehidyupan saya. Bukankah kita dapat belajar dari siapapun? meski dari anak kecil sekalipun. saya belajar tentang semangat beribadah dan keistiqomahan mereka dalam menjalankan sedikit ilmu yang baru mereka dapat.. Ya Allah, jagalah mereka.. jadikanlah mereka sebagai bagian dari rijalud dakwah untuk meninggikan Asma-Mu.. di bumi-Mu…<br /><br /> <br /><br />Ya Allah, mudahkanlah..d an saksikanlah..!<br /><br /> <br /><br />(untuk adik-adikku sayang.. I love you.. coz Allah)Taqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-91661081311070196482010-05-26T18:25:00.000-07:002010-05-26T18:27:33.778-07:00soal cerita pembagian<a href="http://www.4shared.com//document/LpYgiYZD/_2__latihan_dan_PR_math_cerita.html/">Download di sini</a>Taqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-3037222144830429342009-10-02T00:45:00.001-07:002009-10-02T00:45:33.765-07:00KemiskinanHmm, menurut saya kemiskinan itu bisa karena struktural dan juga kultural. sikatakan kemiskinan struktural terkait dengan pemerintah daerah setempat.. bukankah sekarang daerah sudah memiliki hak otonomi? dan saya kira kita semua sepakat bahwa tidak ada daerah di Indonesia yang tak memiliki potensi ekonomi bukan? masalahnya.. apakah pemerintah daerah setempat sudah mengoptimalkan SDM dan SDAnya dalam mengentaskan kemiskinan ini?<br /><br />harus ada pencerdasan ekonomi serta stimulasi ekonomi mandiri dan bertanggung jawab bagi masyarakat setempat (sesuai daerah). pencerdasan ekonomi maksudnya pemerintah daerah merus mampu menyadarkan masyarakatnya agar wawasan dan pikiran mereka terbuka bahwa ada banyak potensi yang dapat mereka garap. stimulasi ekonomi mandiri adalah pemerintah sebagai fasilitator untuk (misalnya) membangun jaringan (pemasaran, dll), publikasi dan mendukung usaha masyarakat baik dari segi kebijakan, informasi2.. dll. sedang kata bertanggung jawab adaah usaha yang sportif dan tetap menjaga lingkungan.<br /><br />kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang terjadi karena didalam masyarakat itu sendiri yang enggan keluar dari labirin kemiskinan itu, misalnya lemahnya etos kerja, sulit memulai usaha yang baru, dll.<br /><br />daerah miskin memang akan mempengaruhi perkembangan anak, termasuk sosio emosional anak. hal ini tentu terkait dengan peran dan pola asuh orang tua. juga budaya setempat yang pastinya berpengaruh pula pada peran dan pola asuh orang tua yang secara tidak langsung akan berpengaruh pula pada sosio emosional anak.<br /><br />menurut saya, pendidikan berbasis masyarakat bisa diterapkan pada komunitas ini.. pendidikan yang mengoptimalkan potensi masyarakat setempat. tentunya diperlukan pencerdasan terlebih dahulu bagi masyarakat setempat.. terutama para orang tua dan guru.<br /><br />Goleman mengatakan bahwa perkembangan sosial emosional dapat berdampak pada perkembangan kognitif anak. karena itu setiap aspek perkembangan anak garuslah seimbang..<br /><br />Best Regard,<br />Dewi Julita<br />Early Childhood Education<br />State University of Jakarta<br /><br />(he..he.. nemu jejak komen ku di senuah artikel 16 febuary 2009 lalu.. )<br /><div class="photo photo_left"><div class="photo_img"><a href="http://www.facebook.com/photo.php?pid=30274526&op=1&view=all&subj=82668045735&aid=-1&auser=0&oid=82668045735&id=1059146634"><img src="http://photos-g.ak.fbcdn.net/photos-ak-snc1/v2931/166/124/1059146634/a1059146634_30274526_5545202.jpg" alt="" /></a></div></div>Taqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-81594765476232488922009-10-02T00:43:00.000-07:002009-10-02T00:44:08.944-07:00'Si Kecil' yang luar biasa<span> assalamu’alaikumwarahmatul</span><div><wbr><span class="word_break"></span>lahiwabarakatuh…<br />ya, anak-anak memang luarbiasa!!<br />saya jadi teringat dengan syauqi (4 th), saat itu setiap kali dia melakukan sesuatu saya hanya memantaunya, misalnya saat ia ingin membuka kotak makanannya, atau mengambil sesuatu.. maka saya hanya melihatnya saja. jika ia terlihat mulai kesulitan biasanya saya baru bertanya ” syauqi, ada yang bisa dibantu?” jika ia membuthkan bantuan baru dibantu, jika tidak maka biarkan ia berusaha sendiri…<br /><br />suatu kali saya sedang mencuci piring, tiba-tiba saja ia menghampiri lalu berkata “ada yang bisa dibantu?” saya seperti salah dengar, kemudian saya minta ia mengulangi “apa syauqi?” ujar saya<br /><br />“ada yang bisa dibantu?” ia mengulang pertanyaannya. saya melihat hingga kedalam matanya yang hitam membulat jernih… saya pun tersenyum, sebenarnya dalam hati geli juga saat seorang anak kecil menawarkan bantuan pada kita (orang dewasa).<br /><br />akhirnya saya katakan, “ok, syauqi bisa bantu meletakkan ini dan ini kedalam rak” ujar saya tak ingin mengecewakan niat baiknya.<br /><br />Ah, anak-anak memang menyenangkan…<br /><br />makin kita stimulasi… akan makin banyak kecerdasan mereka yang membuat kita tercengang…<br /><br />Subhanallah..<br /><br />stimulasi yang baik akan mendidik anak kita kearah kebaikan, sementara teladan yang buruk setitik saja akan membekas dialam bwah sadarnya serta memungkinkan untuk diimitasi oleh mereka… na’udzubillah…<br /><br />saya jadi teringat QS.At tahrim :6<br /><br />“Wahai orang-orang yang beriman! peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”<br /><br />Best Regard,<br /><br />Dewi julita<br />(Pendidikan Anak Usia Dini – Universitas Negeri Jakarta)<br /><br />Salam hangat penuh persaudaraan<br />Semoga hari ini penuh hikmah<br />Semoga Allah senantiasa memudahkan langkah-langkah kita menujuNya<br /><br />(nemu komen ku lagi di sebuah artikel "rahasia otak si kecil", 12 juni 2008 11:43)</div><div class="photo photo_none"><div class="photo_img"><a href="http://www.facebook.com/photo.php?pid=30274529&op=1&view=all&subj=82669440735&aid=-1&auser=0&oid=82669440735&id=1059146634"><img src="http://photos-b.ak.fbcdn.net/photos-ak-snc1/v2931/166/124/1059146634/n1059146634_30274529_610724.jpg" alt="" class="" onload="var img = this; onloadRegister(function() { adjustImage(img); });" /></a></div></div>Taqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-27714973175106372112009-10-02T00:42:00.001-07:002009-10-02T00:42:36.180-07:00Ternyata, Kita Masih Belum Banyak Berbuat...selalu ada saja skenarionya yang memintaku belajar banyak hal. bermula dari pencarianku menuju rumah pak RW, yang selama hampir lima tahun aku 'numpang' tinggal didaerah ini (pemuda) baru kali ini aku aku menjumpainya.. itu pun karena ada keperluan, ck..ck..ck..<br /><br />kususuri gang-gang yang berliku, bermodalkan tanya sana-sini.. aku pun mengikuti lekuk-lekuk jalan setapak nan kecil dan sempit diantara padatnya rumah penduduk yang entah sudah tak karuan lagi aturannya.. mana belakang, mana depan.. mana samping.. well, begitulah Jakarta.<br /><br /><span> singkat cerita, tibalah aku disebuah rumah dengan pagar bercat merah hati, ada pohon belimbing yang mempercantik halaman rumah itu meski hanya sedepa luasnya. tapi itu cukup lumayan untuk kondisi rumah di Jakarta. setelah mengucap salam, maka terbukalah pintu rumah tersebut. seorang lelaki setngah baya keluar membukakan pintu pagar, seraya tersenyum ramah. tanpa bertanya ini itu.. ia langsung mempersilahkan ku masuk.. ehm, rasanya tersanjung sekali sebagai tamu.. karena biasanya, pertama kali yang ditanyakan pemilik rumah pada orang asing adalah"siapa?darimana?mauc</span><div><wbr><span class="word_break"></span>ari siapa? bla..bla..".<br />well, mungkin karena beliau salah satu tokoh pemerintahan di RW ini, pikirku.<br /><br />setelah memperkenalkan diri, aku pun mengutarakan maksud kedatanganku.. beliaupun langsung merekomendasikan sebuah nama untuk emmbantu data yang kuperlukan."coba nanti langsung ke bu laila". bu Laila merupakan seorang kader posyandu yang sudah puluhan tahun mengabdikan diri dalam rutinitas sosial sebagai kader posyandu..<br /><br />waktu kami tak banyak, namun sambil mencari data yang kuperlukan.. kami pun berbincang hangat.. kondisi-kondisi riil yang ada dimasyarakat, terutama untuk kawasan padat penduduk seperti jakarta. bagaimana sulitnya mencari orang-orang yang memiliki kepedulian untuk berbagi serta peduli terhadap kesulitan orang lain.. bagaimana sulitnya sebuah kerja sosial 'laku untuk dibeli' masyarakat. padahal banyak hal-hal yang belum tergarap.. dan semua itu tentunya perlu bagi kepentingan masyarakat itu sendiri. seorang ibu sejak ia gadis hingga hampir sepuh, masih menggarap posyandu. belum lagi program PAUD dan PNPM.. entah bagaimana pembagian tugas kerja ini.. bagaimana menstimulasi agar masyarakat memiliki kepedulian yang sama untuk kepentingan bersama. bukan hanya ramai saat tahu kegian ini itu yang ada "duit"nya.<br /><br />Ah, mengapa pula aku harus melalang buana jauh hingga ke rembang Jawa tengah yang berbatasan dengan jawa timur sana.. nyatanya hikmah disini pun belum banyak ku gali.. Ah tidak! ini masalah ilmu.. bukankah banyak pula hikmah lain yang telah dihamparkan dihadapanku sejak pertama kali aku terdampar disana? mungkin Rabb ku ingin membuatku lebih banyak lagi belajar..<br /><br />Aku hanya teringat pada tema suatu sore yang kuhabiskan menyimak dengan seksama tema kuliah informal sejarah islam ku sekitar empat tahun yang lalu.. "The Forgotten Queen" yang dikupas dengan ganasnya oleh pak Agung Waspodo selaku dosen yang menyihir kami untuk melahap tema itu dengan antusias.<br /><br />kata-kata yang saya ingat adalah.. bahwa ada tiga bidang yang memiliki peranan penting bila dipegang muslimah. Sosial, pendidikan dan politik. peranan yang sangat strategis dan digarap banyak oleh para msulimah adalah bidang sosial dan pendidikan. dikedua bidang ini.. banyak peran yang melibatkan sentuhan tangan mereka.. namun, sangat jarang nama mereka terdengar.<br /><br />disanalah titik hikmah itu, tentus aja ini merupakan sebuah sindiran bagi diri pribadi.. yang nyatanya masih belum banyak berbuat.. dan semoga saja tidak termasuk yang terlalu banyak bicara. saya jadi teringat denagn kalimat menarik yang tertuang dalam artikel seorang teman yang kini hendak dirilis dalam sebuah buku.. "Kepahaman pada segala aspek melalui penajaman keahlian (spesifikasi) pada suatu bidang"<br /><br />menarik sekali..<br /><br />Ah, semoga saja kita termasuk golongan orang-orang yang senang belajar untuk tak bicara banyak namun gemar berbuat banyak..</div>Taqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-46121198915290069792009-10-02T00:38:00.000-07:002009-10-02T00:40:04.765-07:00Kayak Monyet... (Seri Cerita Si Kecil)<div>saya tersentak!<br />saya menangkap basah seorang bocah lelaki,Syauqi (7th) sedang memegang sebuah alat pencukur kumis. ia menggoreskan alat pencukur itu beberapa kali pada betis kanannya, pada beberapa sisi. saya pun menghampirinya.<br /><br />menyadari kehadiran saya, ia pun menoleh dan berhenti sejenak dari rutinitasnya. saya pun bertanya dengan nada yang lembut dan seolah olah tak tahu apa yang sedang dilakukannya "syauqi lagi nagpain?".<br /><br />"Lagi cukur bulu kaki.." jawabnya polos.<br />"kenapa dicukur?" kejar saya.<br />"kalau nggak dicukur nanti bulunya jadi panjang" argumennya.<br />"Hmm.. mana, coba lihat.." ujar saya sambil menyelidik bulu kakinya. menurut saya tentu saja tidak terlalu panjang.<br />"syauqi nggak suka ya, punya bulu kaki yang panjang..?" tanya saya mencoba meraba perasaannya..<br />ia pun mengangguk, "Iya, kalau bulunya panjang.. nanti Uki kayak monyet! Uki nggak mau kayak monyet.."<br /><br />Spontan, saya pun tertawa kecil mendengar penuturannya. ia pun tersenyum malu.<br />"Duh, maaf ya syauqi.. yu'ta ketawa.."kata saya, khawatir dia tersinggung karena sempat ditertawakan.<br />" syauqi kaat siapa kalau bulu kaki bisa panjang terus kayak bulu monyet?" selidik saya<br />"kata uki sendiri.." aku-nya..<br /><br />dan diskusi kecil pun di mulai..<br />"Hmm, Syauqi.. pernah lihat bulu kaki bapak?"Tanya saya. dan ia pun mengangguk.<br />"Bulu kaki bapak itu nggak pernah di potong lho.. tapi, panjangnya nggak sepanjang rambut kita kan?" lagi-lagi iya mengangguk. "Nah, bulu yang tumbuh di kaki atau tangan kita ini juga rambut lho.. tapi beda sama rambut yang tumbuh dikepala kita.., karena itu walaupun rambut di kaki dan tangan kita tumbuh, tapi dia nggak bisa sepanjang rambut dikepala kita.. begitu syauqi.."<br /><br />"coba syauqi pegang alis sama bulu mata syauqi"pintaku..<br />"alis dan bulu mata syauqi juga nggak pernah dipotong dari kecil kan?" ia masih mengangguk mendengarkan penjelasanku.<br />"Nah, itu karena alis dan bulu mata kita beda sama rambut dikepala kita"<br />"tahu nggak? Allah itu udah tahu banget mana yang harus panjang, dan mana yang nggak suah panjang. Allah itu sayang banget sama kita.. coba bayangin.. kalau alis atau bulu mata kita bisa panjang kayak rambut.. gimana?" tanya saya<br />"ya nggak bisa ngeliat lah.." pekiknya.<br />"bener syauqi.. nanti kita malah nggak bisa lihat.. sama seperti bulu kaki syauqi ini.. nanti nggak akan bisa sepanjang rambut. karena Alalh tahu.. kita, manusia itu beda sama monyet. makanya bulu kaki kita juga nggak bisa panjang kayak bulu kaki monyet". saya pun tersenyum memandangnya lekat.. ia pun tersenyum lebar..<br /><br />"Kalau kucing?"tanyanya<br />"kucing.. juga beda sama manusia.. pernah lihat bulu kucing kan?"<br />Syauqi mengangguk.<br />"sama nggak sama bulu di tangan dan kaki kita?"<br />"nggak!"<br /><br />"kalau burung?"<br />"syauqi pernahlihat bulu bebek atau ayam nggak?"<br />"iya, pernah"<br />"nah, bulu burung.. mirip sama bulu ayam dan bebek. jadi sama nggak sama bulu yang kita punya?"<br />Syauqi pu menggeleng.. "beda"<br />"Hmm.. pinter.. bulu burung,bebek dan ayam.. beda juga sama bulu kita.. kalau bulu di tangan dan kaki kita, kan halus.. tapi bulu bebek, ayam dan burung itu ada batangnya. syauqi pernah lihat kan?"<br />"iya ada batangnya.. uqi pernah liat"<br /><br />"Nah, sekarang yu'ta tanya lagi.. kenapa syauqi cukur bulu di kaki syauqi? emang bulu-bulu itu jahat sama syauqi?"<br />syauqi menggeleng.<br />" atau .. bikin syauqi sakit?"<br />syauqi menggeleng lagi.<br /><br />"Nah, kalau bulu kakinya nggak jahat, kenapa harus dicukur? Syauqi tahu nggak.. kalau setiap yang Allah ciptakan itu pasti ada manfaatnya.. sama kayak bulu kakinya syauqi ini. lagian.. kalau bulu kakinya di cukur kan, nanti juga akan tumbuh lagi.. malah lebih lebat" ujar saya tanpa bermaksud menakuti..<br /><br />"Yah.. yu'ta.. kenapa nggak bilang dari tadi??!!! uki kan udah cukur bulu kakinya..!!" teriaknya agak menyesal..<br />"lagian.. syauqi langsung cukur aja.. bukannya tanya yu'ta dulu aklau mau cukur bulu kaki.." ujar saya seolah sewot, membela diri tak mau kalah.<br />"Hhh.. tadi kan uki liat cukurannya kak yeki diatas meja.. ya udah.. Uki cukur aja ke bulu kaki.." belanya pula.<br />Duh, beginilah kalau tak hati-hati menyimpan barang.. untuk cuma bulu kaki, coba kalau semua rambut ditubuhnya dicukur?? Wah.. kacau ini.. "hffh,.. dasar anak-anak.. " batin saya.<br /><br />Well, lebih dari pada itu.. hati ku pun bertanya-tanya, jangan-jangan pernah ada selentingan komentar tentang bulu kakinya, sampai-sampai ia merasa tak nyaman dengan bulu-bulu halus itu..<br /><br />saya jadi teringat saat saya masih duduk di kelas 1 SMP, saat itu saya sangat tidak nyaman dengan celetukan dan ledekan teman2 tentang rambut halus yang tumbuh di antara bibir atas dan dibawah hidung (baca:kumis-red). maklum, namanya cuga anak perempuan.. saya pun khawatir kalau kumis tipis itu terus saja tumbuh seperti kumis milik ayah saya.. akhirnya saya pun secara diam-diam mencari pisau cukur milik ayah.. sekali dua kali saya tak mampu menemukan tempat penyimpanannya, namun pada akhirnya saya pun mendapatinya tergeletak.. itulah kesempatan yang tak saya sia-siakan.. saya pun berusaha mencukur kumis tipis yang nampak menyebalkan itu.. tapi, entah karena memang saya tak lihai menggunakannya.. atau bagaimana.. tapi yang jelas, belum sedikitpun bulu-bulu halus pengganggu itu saya cukur, ternyata bagian bawah hidung saya itu malah terluka terkena pisau cukur yang tajam itu. Hffh.. setelah kejadian itu, saya tak berani lagi berusaha mencukur kumis tipis itu.. he.. kapok euy.. (tentu saja spekulasi saya saat itu bahwa kumis itu akan terus tumbuh menjadi lebat, hingga kini tak pernah terbukti. karena nyatanya kumis tipis itu tak pernah menunjukkan niatnya untuk tumbuh lebih dari kadar seharusnya yang dimiliki hormon wanita)<br /><br /><br /><span> jadi, penting bagi kita orang dewasa untuk tidak mengkritisi atau bahkan mengomentari hal-hal fisik yang ada pada anak.. menurut Piaget, anak usia ini masih pada taraf berpikir konkrit. artinya, memberikan pengertian yang sederhana dengan-perumpamaan-perumpa</span><wbr><span class="word_break"></span>maan yang mampu di jangkau oleh akalnya, akan membantu anak mengetahui mengapa Allah memberikan segala sesuatu yang ada ditubuhnya..<br /><br /><br /><br /></div><div class="photo photo_center"><div class="photo_img"><a href="http://www.facebook.com/photo.php?pid=30276249&op=1&view=all&subj=85364805735&aid=-1&auser=0&oid=85364805735&id=1059146634"><img src="http://photos-b.ak.fbcdn.net/photos-ak-snc1/v3780/166/124/1059146634/a1059146634_30276249_4231568.jpg" alt="" /></a></div><div class="caption">Ahmad Syauqi... he send love for everyone.. :)</div></div>Taqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-85801409658253388552009-10-02T00:36:00.000-07:002009-10-02T00:38:15.499-07:00Tentang Pesona yang Mempesonabeginilah pesona ilmu. entah mengapa tiba-tiba aku terhipnotis begitu saja dan terperangkap didalamnya..<br />seolah.. sejak semula, telah kucium semerbak harumnya..<br />telah mampu ku kecap manis dan lezatnya<br />telah nampaklah elok dan keranumannya..<br />sedari jauh, telah terdengar indah simfoni dawainya.. begitulah pesona ilmu..<br />dan tiba-tiba saja langkahku telah menuju ke satu arah.. Majlis Ilmu..<br /><br />MasyaAllah,..<br />kusadari benar.. bagi para pecinta ilmu, tak bisa tersisip sedikitpun rasa congkak yang menelusup..<br />meski sekedar serpih sekalipun.. karena ilmu itu itu amat indah pancar cahayanya.. amat halus dan lembut sentuhannya.. amat jernih pula tempat yang seharusnya menjadi kediamannya..<br />begitulah ilmu yang di dambakan penuh dengan keberkahan..<br /><br />tak cukup hanya dengan cinta dan semangat terhadap ilmu..<br />ilmu pun membutuhkan bukti sebuah perjuangan bahwa ia memang patut untuk diperjuangkan..<br />karena itu pula, hanya keistiqomahan dan keistimroran berselimut ikhlash sajalah dari para penuntut ilmu yang mampu memenangkan piala kemuliaan serta janji dari ditinggikannya beberapa derajat seorang 'alim (orang berilmu) atas seorang 'abid (ahli ibadah)..<br /><br />kita membutuhkan hati yang elastis agar mudah dilemahlembutkan.. karena terkadang hati ini begitu saja mengeras serta menumbuhkan congkak tanpa sadar selaku manusia yang tak luput dari khilaf..<br /><br />namun, dilain waktu, terkadang hati ini terlalu lembut hingga tak mampu dibentuk layaknya adonan yang terlalu lunak. ini karena kita adalah manusia yang jua tak luput dari ke dhoifan (lemah)..<br /><br />hati yang elastis saja..<br />hati yang dapat ditundukkan saat ia mulai menjadi pembangkang terhadap ilmu,<br />hati yang dapat mengukuhkan saat ia mulai terlalu lunak tanpa rangka hingga bias pada selayaknya ilmu yang rona..<br /><br />Oh, sunguh indah pesona ilmu itu..<br />Semoga Rabb kita masih mengizinkan kita untuk berkumpul bersama-orang-orang yang shalih dan berilmu..<br /><br />_Best Regard, Taqiya Asywaq_<br />haula nuurul 'ilmuTaqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-25417851438642517702009-04-24T06:40:00.000-07:002009-04-24T06:41:11.482-07:00Al Bahri..<span class="insertedphoto"><img class="alignleft" src="http://images.taqiyaasywaq.multiply.com/image/1/photos/upload/300x300/Se2lvwoKCDUAAAsoOa41/Laut-Senja.jpg?et=OQq9QSgeaHY%2CPAdlpdaChw&nmid=0" border="0" /></span>Suatu hari aku menemuinya.. Oh tidak!! tepatnya ia yang membuatku terpaksa melangkahkan kaki mendekatinya...<br />Saat tatap kami bertemu, aku menatapnya dalam.. Subhanallah, elok sekali! celetuk batinku.. Rasanya, sulit bagi kelopak mataku untuk mengerjap meski sejenak. Al Bahri.. hatiku bergemuruh, layaknya suguhan ombakmu yang bergulung-gulung.. menyentuh abayaku. Ia menyeretku perlahan, seolah memintaku.. mengenalnya lebih jauh kepedalamannya.<br />Al bahri.. sejumput darinya saja sudah membuatku kepalang pesona. Namun,.. tujuh kali lipat keberadaannya pun tak mampu menandingi ilmu, Ia yang telah menciptakannya.<br />Al Bahri,.. saat kutengadahkan sedikit wajahku, rona REMBANG berbalut senja tengah langsur menghampirinya. persis seperti pantulan cermin. Kuhulurkan kedua telapak tanganku menyentuhnya, kubiarkan jemariku membelai buih, hingga bias seketika.. Tiba-tiba, aku seperti mengalami dejavu! Kami, seperti pernah bertemu sebelumnya.. ANYER!! Kau,.. Al Bahri yangs amakah??! Al bahri, selalu saja tersenyum hangat bersama senja yang tak pernah bosan menemaninya kala petang menjelma.. Dan, mataku pun terbuka!<br />Al bahri telah lenyap dari pendangku. Senja yang menyerpih pun tak mampu lagi ku jangkau.. Entah,.. Sudah berapa lama kah lena bersamaku..?!<br /><br />_Riak rembang di pesisir taman Kartini_<br />6 April 2009Taqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-63766260262820975492009-04-24T06:39:00.000-07:002009-04-24T06:40:23.645-07:00Pelosok Negeri<span class="insertedphoto"><img class="alignleft" src="http://images.taqiyaasywaq.multiply.com/image/1/photos/upload/300x300/Se2pygoKCDUAABHymw01/Gunung.jpg?et=9WlHt%2Cpx%2CFt3e%2Bbx38XMjA&nmid=0" border="0" /></span>Hari ini.. Sungguh Luar Biasa!Ini, memang negeri yang unik! makin pelosok kucoba mensusurinya.. kian ku tak mengerti dalam sesat..<br />ini negeriku,<br />saat ku melongok hingga kepedalamannya, tiba-tiba hatiku terbetik.. Apa yang mereka butuhkan sesungguhnya? Ilmu dan kasih sayangkah? Atau kah cukup hanya dengan penambal perut saja? Dan, inilah negeriku.. Ilmu dan kasih belumlah cukup membuat sudut bibir mereka tersungging. Sementara lapar meronta-ronta tak alang kepalang. Masih adakah jiwa Thalut yang fakir namun lebih suka mendapat hidangan ilmu dari pada suguhan kuasa? Dimanakah jiwa sulaiman yang jernih hingga lebih menghiraukan ilmu serta bersikap tak acuh pada harta,tahta,dan wanita yang ditawarkan? lalu, Dimana pulakah jiwa Muhammad kecil yang dahulu lebih memilih susu dibandingkan arak yang menggoda, karena kebersihan jiwanya?<br />Allohumma inni a'udzubika minal kufri wal faqr.. wa a'udzubika min 'adzabil qobr.. Laa ilaha illa anta..<br /><br />pucuk gunung bumi Rembang,24 April 2009Taqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-82306155420463034082009-02-14T23:45:00.001-08:002009-02-14T23:45:39.963-08:00semalam, cantik sekali..Rabu, 14 Januari 2009 pukul 21:06sudah beberapa hari... ah, bukan.. lebih tepatnya sejak pekan-pekan belakangan.. hujan sudah tak memiliki ritme kedatangan. tak peduli pagi, siang, ataupun malam.. ia akan singgah sesukanya..hari itu, lewat dari pukul 9 malam aku turun dari metromini yang kutumpangi.. kuyakinkan, itu adalah akhir aktifitasku diluar rumah untuk hati itu.. aku, ingin lekas istirahat. rasanya penat sekali.. belum lagi banyak hal bergumul dalam kepalaku.. seolah hendak bertarung satu persatu tanpa mengindahkan kemungkinan konslet yang terjadi karena tumbukan sinaps yang terjalin mungkin saling bersebrangan..kulangkahkan kaki menuruni bibir pintu metromini..sejenak terpaku menatap malam, wajahku menengadah menghadap langit.. rintik..tapi ini bukan rintik yang biasa, rintikan halus namun amat lebat. aku tak menggenggam payung saat itu, aku ingat.. payungku tertinggal di kosan seorang teman di suatu petang yang tak memiliki senja..Ah, ..aku hanya berbekal sebuah jaket tebal yang kujadikan tameng bagi tubuhku, persiapan menghadapi malam yang unpredictable. abaya dengan warna pastel yang kukenakan, tak kan cukup mampu menghadang dinginnya terpaan malam, lebih-lebih kondisi hujan seperti saat itu.. maka, jaket adalah sahabat setia yang mengiringi langkahku pada musim-musim seperti ini..langkahku bergegas menuju tangga penyebrangan.. karena tempat yang kutuju ada diseberang sana. resleting jaket bagian depan telah kurapatkan hingga ke berdekatan dengan leher. namun, sepertinya angin malam itu tak mau kalah lincahnya.. entah dari mana ia menyelusup.. nyatanya, dinginnya malam masih ampu menembus pori terkecil jaket yang kukenakan.. menerobos abayaku hingga menancap tepat menggetarkan sumsum tulangku. aku bergidik. kedua tanganku telah lama bersembunyi didalam kedua saku jaketku, entah sejak kapan. makin tinggi tangga yang kunaiki, makin terasa hembusan angin yang memilukan..tiba diatas jembatan penyebrangan.. kupandangi bagian kiri dan kananku.. kulihat rintik yang tadi menyapaku. rintik-rintik yang sangat halus.. namun bergerombol.. kulangkahkan kakiku dengan pasti. bersegera. sementara angin yang berhawa dingin sesekali menusuk-nusuk wajahku, sesekali pula memainkan abayaku yang tak terlindungi jaket..tiba dipertengahan jembatan, hampir ke penghujung..langkahku terhenti sejenak.. subhanallah.. cantik sekali! begitu seru sudut hatiku..mataku tertumpu ke bagian kanan, jalan raya yang menghampar diliputi kendaraan yang saling berkejaran, berhiaskan lampu warna warni disetiap tubuh kendaraan tersebut..Bukan, bukan itu yang kumaksudkan..mataku tertumpu pada bagian lain meski masih diranah yang sama.. aku, melihat rintik yang bergerombol itu, dibawah terpaan sinar lampu penerang dipinggir jalan raya.. sungguh cantik sekali parade itu.. mereka nampak berkilau. kualihkan pandanganku kesebelah kiri.. sama.. ada parade rintik dibawah terpaan cahaya lampu penerang jalan.. sama cantiknya. sejenak aku terpaku.. kupalingkan tatapanku jauh kebagian atas langit yang kelam. lalu kembali kuamati parade cantik itu.. aku, senang sekali melihatnya. lalu aku bertanya dalam hati, Rabbi.. apakah sengaja kau tunjukkan sesuatu kejutan untukku? dimalam seperti ini setelah kurasakan dinginnya cuaca dari hujan yang tak henti dan gulitanya malam yang pekat? kejutan yang manis sekali.. layaknya seorang anak kecil yang diberikan hadiah kembang api yang amat cantik pendar kilatan apinya. kembang api yang biasa diluncurkan ke singgasana langit saat tahun baru masehi. yah, parade kecil yang diciptakan segerombolan rintik yang berkolaborasi dengan cahaya lampu penerang jalan. Rabbku, sedang menghiburku..semalam, cantik sekali..Masih bersama malam,namun tak bersama hujanBest regard,TaqiyaAsywaqSalam hangat penuh persaudaraanSemoga hari ini penuh hikmahSemoga Allah senantiasa memudahkan langkah2 kita menujuNyaTaqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-72313909584468365092009-02-14T01:44:00.000-08:002009-02-14T02:07:20.565-08:00Berjuang 2 pekan!aku hanya memiliki waktu dua pekan untuk berjuang..<br />2 pekan sebagai penentuan, untuk sebuah pengembaraan selanjutnya.. menghilang.. seperti butiran pasir nan halus yang berada dalam genggaman telapak tangan.. saat jemarinya terbuka, ia pun terbag bersama angin.. hilang.. lenyap.. entah mengembara kemana..<br /><br />pengembaraan kesetiap sudut buminya..<br />entah ke daratan yang mana aku kan terdampar, entah di pulau yang mana ku kan dilabuhkan.. entah di tempat yang mana ku kan di letakkan.. entah di samudra yang mana ku kan di layarkan.. entah di sudut yang mana ku kan sematkan.. entah dimana.. entah..<br /><br />ada gejolak yang getir disana, berperang hebat dengan gebu..<br />seperti tandus, ..<br /><br />ku mohon.. guncangkan 'Arsy-Nya melalui do'a-do'a tulus dari lisan kalian.., disetiap sujud dalam sholat kalian.. disetiap perjumpaan disepertiga malam dengan sang kholik.. disetiap langkah kaki yang memasuki rumahNya (masjid), disetiap engkau usai melakukan kebajikan.. disetiap waktu, setiap tempat dan setiap peristiwa sebagai waktu-waktu terijabahnya do'a.. kumohon, sebutlah namaku dengan jelas.. DEWI JULITA! bantu aku merayu dan merengek pada Rabb-ku.. katakan bahwa aku begitu lemah, maka beri aku kekuatan.. beri aku kemudahan dalam setiap urusan dan perkara ku..<br /><br />how a wonderful life..<br />hari ini.. langit biru yang memayungi.. arakan awan putih membingkai langit, sejuk demi kesejukan disebarkan angin setiap kali ia lewat dan menyapaku..<br />namun, entah mengapa.. saat kupejamkan mata, terik hebat menyantap pori kulitku.. sedang dingin yang menggigit terus menelusup ke sum-sum tulangku..<br />dan mataku, sulit terbuka.. sulit sekali..<br /><br />hilangkah?<br />sudahkah.. ?<br /><br />2 pekan..<br /><br />Sabtu,14 Febuari 2009<br />antara khouf dan roja'<br /><br />Best regard,<br />Dewi Julita<br /><br />Salam hangat penuh persaudaraan<br />Semoga hari ini penuh hikmah<br />Semoga Allah senantiasa memudahkan langkah2 kita menujuNyaTaqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-81178266073015534482009-02-14T01:27:00.000-08:002009-02-14T01:35:18.693-08:00History, Mistery And Gift..Yesterday is history..<br />Tomorrow is mistery..<br />Today is Gift..<br /> now, let's create our story..<br /><br />sejarah membuat kita belajar.. bukankah Al qur'an sendiri mengisahkan 'sejarah' sebagaimana kisah para nabi.. kisah angkuhnya fir'aun.. kisah tangguhnya para pemuda kahfi.. kisah.. dan mereka bagian dari sejarah itu. sejarah dimana hikmah menjadi sumber pembelajaran terbesar. sebagaimana yang Allah sebutkan dalam QS.Albaqarah:269 bahwa siapa yang mampu mengambil suatu hikmah maka ia telah mendapatkan kebaikan yang banyak..<br /><br />sejarah adalah portofolio kehidupan,<br />sebagaimana setiap masa memiliki sejarah.. setiap masa memiliki pahlawan masing-masing..<br />sejarah pulalah yang mencatat ternyata pergeseran dari kelurusan niat mungkin saja terjadi dalam diri seorang pahlawan.. yah, sejarah yang berkolerasi dengan waktu telah memperlihatkan dengan jelas mana hitam, mana putih..<br /><br />Tomorrow is mistery..<br />ia adalah kesatuan mimpi dan harapan.. sebuah visi yang menginternal hingga mampu dirasakan oleh setiap sel dalam tubuhmu. seorang pahlawan tak hanya sebagai seorang yang visioner, namun haruslah berjiwa antisipatif, begitulah islam mengajarkan. tengoklah perintah berhijab yang diturunkan pada masa rosulullah.. selain hijab adalah penanda seorang muslim dan seorang kafir.. perintah hijab adalah perintah antisipatif, bagaimana tidak? siapa sangka jika ozon hingga ratusan atau ribuan tahun setelahnya akan berlubang dan terus membesar sehingga menyebabkan kanker kulit dll? <br />tak hanya itu.. hal-hal antisipatif adalah kajian para fuqaha pada zaman itu.. mereka mengkaji solusi dari permasalahan hal-hal yang belum terjadi..<br />nah, bukankah kajian antisipatif seharusnya dikaji oleh kita para intelektual muda?<br /><br />gerakan yang masif adalah bukanlah gerakan yang reaktif.. yaitu, setiap ada permasalahan yang timbul baru merespon.. gerakan yang masif adalah gerakan yang memiliki kemampuan antisipatif.. <b>jangan sampai masalah datang melampaui batas kemampuan solusi kita</b>. bukankah setiap masa memiliki permasalahan yang berbeda? dan permasalahan dimasa datang pasti memiliki kolerasi dari masalah dihari ini..<br /><br />Need Asessment atau pengumpulan data yang dibutuhkan adalah salah satu bentuk antisipatif sebelum mengkaji formulasi yang tepat, dan tentunya sebelum melangkah lebih jauh.. kita harus jeli melihat permasalahan hari ini, serta apa saja yang kita butuhkan dimasa datang sehingga harus dilakukan hari ini?<br />misal, jika anda adalah seorang bupati yang tentunya kini setiap daerah telah memiliki otonomi, maka anda harus tahu dengan detail data terkini penduduk (jenis kelamin, proporsinya,usia sekolah, usia produktif, usia lansia, kesejhatan, pendidikan, dominasi pekerjaan penduduk setempat), potensi kekayaan alam, budaya, dll.. permaslaahan hari ini, misal: daerah sumatera selatan yang kebanyakan penduduknya memanfaatkan kekayaan alam sebagai mata pencaharian seperti pengerukan pasir dan batu-batu dari sungai-sungai, jika tanpa adanya antisipasi, maka bisa terjadi erosi dan banjir karena bahu sungai kian melebar tanpa adanya batu-batu penyangga sebagai penahan arus, dll.. lalu anda bisa membuat kebutuhan dimasa datang misal: jika daerah anda seperti sumatera selatan yang memiliki kekayaan batubara, batu dan kayu yang berkualitas, dll.. maka daerah anda membutuhkan seorang ahli tambang, ahli tanah (karena struktur tanah sumatera pertengahan antara struktur tanah jawa dan papua alias memiliki unsur batu), ahli kehutanan, dll.. maka, apa yang harus anda lakukan hari ini? misalnya mencari siswa berprestasi yang kelak akan disekolahkan hingga perguruan tinggi terbaik tentunya diharapkan kelak yang akan menjadi putera daerah yang membangun daerah asalnya.. dengan demikian anda tak hanya membantu daerah anda berkembang namun juga telah mengantisipasi terjadinya kerusakan lingkungan, bahaya bencana alam, bahaya peningkatan kebodohan, bahaya peningkatan kemiskinan, dll..<br /><br />today is Gift..<br />now, let's create our story..<br /><br />maka, bagaimanakah kita? dimanakah peranan yang akan kita ambil.. silahkan buat sejarah anda masing-masing..<br /><br />yang jelas, seorang yang kecil ia akan mati sebagai orang kecil<br />namun, seorang yang besar ia akan hidup selamanya..<br /><br />untuk menjadi seorang yang besar, tentu ia takkan pernah berkata.. ini saatnya bersantai santai dan beristirahat, karena untuk menjadi seorang yang besar kita membutuhkan pikiran-pikiran besar untuk melakukan hal-hal yang besar.. dan membutuhkan tenaga serta pengorbanan yang juga besar..<br /><br />yang perlu kita ingat adalah, sejarah itu tidak pernah dibuat sendiri.. ia ada bersama yang menyertainya..<br />maka, jika anda ingin membuat sejarah.. jangan pernah melakukannya sendiri, karena orang-orang disekitar andalah yang membantu anda menciptakan sejarah itu..<br />Sendiri berani, sendiri sabar, sendiri ikhlas tidaklah cukup.. tapi bersama, BERANI, SABAR dan IKHLAS jadi tambah indah..<br /><br />wallahu'alam bishowwab<br /><br />Best regard,<br /><br /><br />Dewi julita<br /><br />salam hangat penuh persaudaraan<br />semoga hari ini penuh hikmah<br />semoga ALlah senantiasa memudahkan langkah-kita menujuNyaTaqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-79675929810347247152009-01-10T21:49:00.001-08:002009-01-10T21:49:39.748-08:00Polisi berkoalisi dengan PolusiAhad, 11 januari 2009<br />Perempatan Senen, sekitar pukul 09:20<br />hari ini, tekad ku sudah bulat.. aji mumpung..<br />aku tengah berdiri, ambil posisi siap untuk menyebrang. mataku sesekali melirik lampu rambu-rambu lalu lintas disebrang jalan, berharap warnanya segera menjadi merah. sesekali melihat kearah lain, hingga mataku tertumbuk pada sebuah "plank" iklan rokok multimedia yang sungguh indah. lebih indah dari menonton layar tancap,hmm.. miniatur layar bioskop mungkin lebih tepat. bagus sekali bukan?<br /><br />melihat 'benda' itu, tiba-tiba pertanyaan-pertanyaan dikepalaku yang telah lama mengendap tiba-tiba saja menggeladak seperti air yang tengah mendidih. meletup-letup.. dan seketika sebuah bunyi 'TING' terdengar nyaring, bersamaan dengan pendanganku yang lurus ke bawahnya, emnumbuk beberapa orang polisi lalu linta syang tengah berjaga. yah ide bagus.. kapan lagi? ujar sudut hatiku..<br /><br />diseberang sana, lampu lalu lintas telah berubah warna menjadi merah yang rona, tanda bahwa kini aku telah diperkenankan melintasi jalan raya nan terbentang itu. dengan langkah pasti aku menyebrang, lalu berbelok mendekati seorang petugas polisi yang nampaknya tak sedang sibuk.<br /><br />setelah memberi salam, aku pun langsung bertanya" pak, kenapa plank iklan rokok itu ada disitu? " tanyaku seperti pertanyaan anak SD yang sungguh-sungguh menunggu jawaban dari sang guru. "Oh, itu cuma iklan kok. sekalian memperbaiki pos polisi" ujarnya seraya menunjuk pos polisi dihadapannya. enteng, begitu jawabannya. yah, memang pos polisi tempat yang mereka naungi kini jauh lebih, nyaman dan indah dari sebelumnya.<br /><br />"apakah memang dari perusahaannya atau dari polisi yang mengajukan proposal pak?" tanyaku lagi. (pertanyaan bodoh, pikirku)<br /><br />"wah kalau itu saya nggak tahu.. coba tanya aja sama POLANTAS yang itu.." jawabnya menunjuk seorang polantas diseberang jalan, yang tengah sibuk menertibkan lalulintas.<br /><br />tiba-tiba saja, seorang polisi lalulintas lain yang tak jauh dari tempatnya berdiri, menghampiri kami. " ada apa?" tanya nya.<br /><br />"ini, mba ini tanya tentang iklan rokok yang diatas itu" jawabnya, sambil berlalu. seolah hendak berkata pada temannya, tolong 'diurus' orang ini.<br /><br />aku pun emngulangi pertanyaanku semula. sang polisi pun menjawab. "itu iklan dari perusahaannya. karena iklan itu sekarang pos polisi nya jadi nyaman ditinggali. tempat para polisi lain berjaga." jelas sang polisi.<br /><br />"oh.. "jawabku sambil tersenyum, tentu jawaban itu sudah kuduga sebelumnya.<br /><br />"ada berapa banyak pak iklan seperti itu diatas tempat polisi?"<br />"wah.. kalau itu saya nggak tahu.. yang jelas banyak diJakarta"<br />"Oh.. cuma diJakarta aja ya pak?"<br />"mungkin iya, nggak tahu juga"<br /><br />sejak diseberang jalan tadi, sebenarnya mataku telah tertumbuk pada sosok seorang polisi dengan kepulan asap yang berasal dari sebatang rokok yang dihisapnya. sosok itulah adalah pak polisi yang kini ada dihadapanku. lalu meluncurlah pertanyaan yang sejak tadi menggelitik..<br /><br />" pak, ada larangan gak larangan polisi untuk merokok?"<br />wajahnya langsung berubah, tiba-tiba diatas alisnya nampak kerutan yang mengurat jelas.<br />"Nggak" pendek, denagn nada yang dingin. selintah kutangkap ada ekspresi salah tingkah. mungkin ia berpikir, jangan-jangan salah bicara? siapa anak ini? berani-beraninya bertanya seperti itu?<br /><br />aku pun berlalu setelah mengucapkan terimakasih. sebenarnya aku tak cukup puas dengan dialog singkat itu. dan bodohnya, aku lupa melihat label anma yang tertera pada saku baju dinasnya. Ah, biarlah.. kuharap ini baru kali pertama.. bukan yang terakhir. sayangnya pula aku tak membawa camera atau apa saja yang dapat mendokumentasikan sang polsii yang sedang menghisap roko, juga berbagai plank iklan rokok yang tepat berada diatas pos pak polisi di Jakarta ini...<br /><br />kasihan sekali Jakarta ini, sudah banyak polusi dari knalpot kencaraan.. ditambah poulusi rokok yang kita tak pandang tempat.. kaishan para ibu2 hamil, anak-anak,.. dan masyarakat lainnya yang ingin hidup sehat namun, dipaksa dan dijejali oleh kepulan asap-asap putih itu.. asap putih yang tak memiliki keputihan hati..<br /><br />Sudut Dilematis, Ahad 11 Januari 2009Taqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-91986312450926393812009-01-10T20:08:00.000-08:002009-01-10T20:42:51.349-08:00Duka Palestina, Duka Kitaini adalah hari ke 16 sejak serangan besar-besaran itu kembali menyeruput Palestina. tidak! bukan 16 hari... tapi telah lama, sejak belasan tahun yang lalu.. atau bahkan sudah sampai puluhan tahun yang lalu.. derita itu masih saja menghujam palestina<br /><br />hanya saja, luka itu kian menyayat palestina. ISRAEL kian unjuk taring kekejaman terhadap PALESTINA.. semua mata negara didunia terbelalak! namun, mengapa tak ada aksi yang nyata?? Resolusi perdamaian melalui naungan PBB adalah jawaban jitu menurut pandangan dari mata negara-negara itu.. tapi, berapa puluh kali perdamaian dari sebuah gencatan senjayta mampu meredam TEROR terhadap PALESTINA? jawabnya TAK SATUPUN!! bahkan kini tubuh PALESTINA kian TIRUS digerogoti ISRAEL laknatullah!<br /><br />dan kini, Resolusi No 1860 yang dukung 14 anggota Dewan Keamanan PBB itu, bahkan tak memiliki kekuatan apa-apa saat AMERIKA ABSTEIN. sedang ISRAEL masih menjadi PEMBANGKANG yang ulung.<br /><br />Oh, aku menatap wajah Condoleezza Rice dengan karakter wajah yang nampak sekali seorang yang keras. tentunya, ia adalah wanita yang hebat hingga bisa menduduki posisi menteri Luar negeri dari sebuah negeri adidaya Amerika serikat, sayangnya ia telah sama keras, bebal dan pekaknya terhadap nurani.. sebuah pertanyaan melintas di kepalku.. apakah wanita ini memiliki keluarga? apakah ia memiliki anak? jangan-jangan.. ia tak memiliki naluriah seorang ibu.. atau.. pertanyaan aneh ain pun muncul, jangan-jangan ia bukanlah seorang wanita.. karena kelembutan hati dan kehalsuan nurani tak lagi bersemayam dalam dirinya. Sempat aku berpikir, apakah ia tak pernah merasa dilematis dalam posisinya sekarang? menjadi pembela pada hal yang nyata-nyatanya adalah KEJAHATAN ?? Aneh.. sungguh aneh wanita ini.. jua negara yang menjadi penopangnya..<br /><br />Apa isi Resolusi itu?<br />Selain gencatan senjata, Resolusi Nomor 1860 tersebut menyerukan dilaksanakannya penyaluran bantuan kemanusiaan tanpa hambatan ke Jalur Gaza.<br /><br />dan ISRAEL menolak tegas.. nyata sekali bahwa mereka tak ada kata ampun bagi rakyat palestina, apalagi sekedar kata 'damai', entah sejak kapan kata itu sudah dimusnahkan dari kamus mereka.. mungkin, mereka memang tak patut lagi menyandang kata MANUSIA..<br /><br />Sementara Mesir yang ditunjuk sebagai mediator terus mendesak HAMAS untuk menghentikan peluncuran ROKET agar ISRAEL mau merundingkan kata DAMAI. sementara israel sendiri tak bergeming dari serangan yang mereka luncurkan bahkan kian dahsyat memborbardir warga sipil palestina, lebih dari 800 warga Palestina Syahid, dan kebanyakan adalah wanita dan anak-anak.<br /><p>Adapun Hamas kemarin mengatakan menolak resolusi PBB yang menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza karena isi resolusi itu bukan untuk kepentingan terbaik rakyat Palestina. ”Resolusi ini tidak sesuai dengan kepentingan terbaik rakyat Palestina. Resolusi ini tidak memperhitungkan aspirasi rakyat Palestina,” kata Raafat Morra, pejabat Hamas di Beirut, Lebanon.</p> <p>Di Jalur Gaza, seorang pejabat senior Hamas juga mengatakan, ke>kern 351m<lompoknya> ”Walau demikian, kami adalah aktor-aktor utama di lapangan di Jalur Gaza, kami tak diajak berkonsultasi tentang resolusi ini dan mereka tidak mempertimbangkan visi kami dan kepentingan rakyat kami,” kata pejabat penting Hamas, Ayman Taha.<br /><br />sementara kita hanya mampu menatap pilu wajah-wajah bayi tak berdosa, anak-anak kecil yang luka dan berlumuran darah.. wanita-wanita yang sedia melindungi anak-anak mereka, lelaki-lelaki tangguh luarbiasa yang senantiasa berkobar semangat Jihadnya..<br /><br />apa yang akan dilakukan oleh mereka para kepala negara dunia untuk memberantas KEKEJAMAN ini??<br /><br />Ahad, 11 januari 2009<br />Sudut pilu yang tak kan pernah pupus dalam lantunan do'aTaqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-1091162742050737122008-12-25T02:29:00.000-08:002008-12-25T02:33:45.234-08:00Buku Pelajaran SD Sulit Dipahami MuridBerikut adalah keresahan beberapa para orang tua terkait dengan BUKU pelajaran SD yang sulit dipahami oleh anak-anak mereka sebagai peserta didik:<br /><br /><span style="font-style: italic;">Pada 23 Desember 2008 07:47</span><br /><span style="font-style: italic;"> Dalam Pelajaran PKn anak saya yang kelas 4, masih disebutkan fungsi DPRD yang lama yang sudah digantikan dengan adanya sistem Pilkada. Artinya buku-buku tersebut tidak di up date dengan teliti dengan beberapa perubahan, ini menjadi debat tersendiri dengan anak ketika mereka merasa "saya harus belajar dari buku" dengan pemahaman kita mencoba mentransisikan pada kenyataan yang sudah berlangsung.</span><br /> <br /><span style="font-style: italic;"> Ruwet ya? Tapi pak Bambang bukan tidak bersekolah, hanya dia bukan pakarnya di bidang pendidikan, hehehe atau parahnya menurut saya beliau kurang suka dialog dan agak defensif. </span><br /> <br /><span style="font-style: italic;"> Salam prihatin,</span><br /> <br /><span style="font-style: italic;"> Nia Sjarifudin</span><br /> <br /> <p style="font-style: italic;">Selasa, 23 Desember, 2008 07:28:03<br />Buku Pelajaran SD Sulit Dipahami Murid<br /><br />Saya hanya bisa mengkonfirmasi artikel tsb. Sesungguhnya sering kali kami memaksa anak-anak untuk menghapal tetapi tidak berpikir.<br /><br />Saya tidak bisa berhenti bertanya-tanya, sebenarnya Mentri Pendidikan ini pernah sekolah atau tidak? Mengapa anak kelas 4 SD diajarkan Komisi Yudisial segala macam, lalu siapa itu nama Ketua DPR yang buat saya tidak lebih dari seorang penipu kerdil, siapa itu nama ketua DPD (dewan pengusul doang), ketua MPR dlll...<br /><br />Wahai kawan-kawan, terus terang saya sebagai orang tua sangat gundah. Adakah yang bisa memberi solusi? Jika tidak ikut arus, anak-anak kita nilai raportnya jelek, dan takutnya mereka akan minder. Tapi kalau ikut arus kok ternyata salah juga.<br /><br />Terima kasih atas perhatiannya.<br /><br />Salam<br />Fajar</p><br /><br />pelajaran PKN khususnya di tersebut memang sangat sulit bagi anak SD, karena bagi mereka hal tersebut terlalu abstrak dan masih jauh dari jangkauannya. jangankan harus menghafal ada DPR,DPD,DPRD.. bahkan harus tahu fungsinya.. tanggungjawabnya.. siapa saja yang ada disana.. waduh... kebanyakan orang tua jangan2 gak tahu juga apa bedanya DPD sama DPRD yang penting sama-sama pemerintah gitu...<br /><br />saya jadi ingat waktu saya kelas 3 SD saya belajar IPS tentang RT RW aja susah bener nyantolnya, padahal tiap malam saya baca dan coba pahami, tapi karena memang belum pernah bersinggungan dengan RT,RW CAMAT jadi bingung sendiri. waktu guru menjelaskan saya dengarkan benar2.. mulanya ngerti dan beberapa menit kemudian langsung tidka ngerti lagi.. hffh..<br /><br />apalagi ini soal birokrasi langitan sana.. wah.. kalau targetannya hanya "siswa mengenal adanya presiden dan wakil presiden"saja untuk tingkat SD mungkin lebih mudah. atau, kalaupun ingin dikenalkan DPR dan MPR mungkin cuma sebatas kenal.. misalnya dengan mengajak para siswa study tour ke DPR/MPR (study tour juga salah satu metode dalam pembelajaran-red), tapi ini sulit juga.. coba bayangkan.. diibukota saja ada berapa sekolah swasta dan negeri.. bagaimana mereka harus mengatur kunjungan ke DPR MPR agar siswa bisa mengenal lebih dekat dengan sistem birokrasi negaranya? belum lagi yang didaerah2.. lebih ndak mudeng lagi.. ya tho? dari segi jarak ya susah mau ke jakarta! apalagi ke DPR MPR.. ongkosnya piye???<br /><br />saya terkadang berpikir... yang bikin kurikulum dan bikin buku SD seharusnya sudah punya data belum sih hingga ke daerah-daerah?? jangan2 standarisasinya hanya jakarta?? juli lalu waktu saya pulang ke LAHAT, sebuah kota kecil dari sumatera selatan.. setelah 10 tahun baru bisa menginjakkan kaki lagi disana.. dari segi pendidikan, saya lihat secara fisik sudah lebih baik. artinya bangunan sudah permanen bukan lagi semi atau terbuat dari kayu. namun dari segi pemahaman mereka tentang'mau'nya pemerintah yang sulit dipahami.<br /><br />ini baru satu materi di satu mata pelajaran..<br />setahu saya, bab tentang DPR,MPR,DPD,dll juga akan didapatkan saat di SMU nanti.. nah ini kan berarti terjadi pengulangan dalam belajar? saya masih heran, kenapa 'kebiasaan' mengulang materi dari SD,SMP, dan SMU senang sekali terjadi di pendidikan Indonesia..<br /><br />seharusnya, pembelajaran itu diberikan sesuai dengan perkembangan tahapan usianya.. mulai dari hal-hal yang terdekat dengan anak, hal2 yang sederhana, hal2 yang mudah dll terutama bagi anak SD yang tahapan berpikirnya masih konkrit.<br /><br />semoga menteri pendidikan selanjutnya benar2 memiliki latar belakang pendidikan.. bukan latar belakang ekonomi seperti sekarang, bisa2 pendidikan selalu diidentikkan pula dengan ekomnomi kan bahaya juga..<br /><br />well, sementara anak-anak kita amsih belajar tentang materi tersebut.. bisa kita bantu memberi penjelasan dengan bahasa sederhana dan contoh yang lebih dekat dengan mereka. ambil saja contoh misalnya peraturan sekolah (pengandaian), siapa yang berperan sebagai pembuat peraturannya, siapa yang menyetujui, dll.. lalu di korelasikan dengan tugas birokrat, akan lebih jelas dengan membuat media pembelajarannya.<br /><br />Best regard,<br />Dewi julitaTaqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-12878126227669723532008-12-25T01:51:00.000-08:002008-12-25T01:52:21.510-08:00Mamaku sayang..<div id="ln0">mataku tertumbuk pada gelas kaca dihadapanku.... kosong.. dan bening..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln0'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln1">kedua tanganku terlipat pasrah diatas meja, sementara pipi kiriku tepat berada diatasnya, kepalaku tengkleng seraya manatap lurus ke kedalaman gelas... ada mata yang jernih tepat memandang kearahku, mata yang syahdu..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln1'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln2'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln3">entah mengapa sebuah bulir jatuh dari sudut mataku, layaknya tetesan embun yang bergelayut diujung rerumputan dipagi hari... lalu ia jatuh menghujam bumi... ia pun menyatu dengan tanah yang berpori..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln3'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln4'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln5">rindu..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln5'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln6">sebuah kata tiba-tiba saja meluncur dari celah kedua bibirku..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln6'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln7">rindu sekali, begitu kata yang lain muncul..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln7'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln8'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln9">mama, berapa lama aku tak melihatmu.. berapa lama kita tak bertemu? 2 pekan lebih kurasa..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln9'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln10'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln11">rasanya, rindu sekali...</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln11'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln12">bukankah ini hari ibu?</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln12'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln13">di tahun yang lalu aku masih sempat menyelipkan puisi dibawah lipatan pakaianmu, kini..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln13'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln14'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln15">sepasang mata itu terus saja dalam kesyahduannya, kedua bibirnya tersenyum lembut.. sementara parasnya tak pernah luput dari seri.. layaknya telaga nan jernih, memantulkan cahaya mentari yang rona..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln15'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln16'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln17">mamaku sayang, Semoga kesabaran, ketabahan, kelembutan, kekuatan dan kelapangan hati senantiasa melencana dalam dirimu..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln17'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln18">kumohon,jangan biarkan kilaunya pupus..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln18'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln19">setiap kali mataku mencuri pandang kearahmu, hanya cahaya kemuliaan yang kudapati darimu..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln19'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln20'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln21">mama, Selamat hari Ibu..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln21'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln22">Semoga kelak dapat kuhadiahkan mahkota kemuliaan yang cahayanya lebih terang dari sinar mentari.. yah, mahkota itu..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln22'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln23'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln24">I Love You Mom..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln24'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln25">Wo Ai Ni Ma..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln25'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln26">As'uru bi syauq ya ummi..</div>Taqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-60104372029422900482008-12-24T06:08:00.000-08:002008-12-24T06:11:44.689-08:00baru dengar penuturan mereka (anak-anak TK yang harus pandai BACA TULIS HITUNG, dan SD awal yang sudah belajar perkalian, dll) aja udah pusing gimana mereka yang menjalani ya??<br />kebayang deh.. kapan mereka bermain? padahal bermain adalah ajang mereka untuk mengeksplor semua potensi yang mereka miliki.<br /><br />well, jadikan ini refleksi kita bersama saja.. baik bagi para orangtua lama, orang tua baru.. atau bahkan calon orang tua..<br /><br />yang perlu kita ingat bersama bahwa di TK hanya pengenalan saja terhadap huruf dan angka. jadi hanya konsepnya, dan itu pun masih sederhana. pengenalan pun selalu dihubungkan dengan pengembangan aspek lainnya. misal, untuk alphabet, mula2 anak hanya dikenalkan satu huruf misalnya A. dari segi aspek bahasa mereka bisa mengucapkan huruf A dengan berbagai intonasi (keras, rendah, kasar, halus dll), dari segi olah tubuh; anak dapat membuat huruf A di udara dengan anggota tubuh mereka seperti jari, tangan, kepala, mulut, tangan, kaki, bahkan lidah sekalipun (disini bisa sekalian stimulasi mengenal anggota tubuh kan?-red), dari segi motorik halus anak dapat membuat huruf A dengan finger painting (melukis dengan jari), dll...<br /><br />kita harus jeli melihat pembelajaran di TK apakah masih konvensional ataukah sudah mulai memahami pentingnya stimulasi sebagai dasar pengenalan pembelajaran. kegiatan2 diTK sebenarnya bisa saja distimulasi sendiri dirumah..<br /><br />Well, ngomong2 soal tes masuk.. kira2 siapa yang berwenang untuk hal ini ya? saya khawatir ini malah jadi 'penyakit pendidikan', masalahnya tes masuk seperti ini -- yang kita ketahui berdampak pada 'drilling' pembelajaran di TK, dan belumlagi 'pressure'' dari orang tua ke anak-- tidak hanya terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, tapi juga didaerah-daerah seperti Bogor dan Sukabumi yang pernah saya temui. entah kalau didaerah2 lain.. (mungkin ada yang bisa share?-red), karena hal ini merupakan dilema bagi pembelajaran anak usia dini juga. antara idealisme dan realitas. saya khawatir, generasi bangsa ini hanya pandai 'TES' sehingga kurang dapat mengembangkan daya pikirnya. coba saja lihat tes-tes masuk kerja pasti kan ada psikotes, nah buku psikotes aja banyak yang jual untuk dipelajari? ya kan? padahal psikotes itu fungsinya untuk mengetahui kemampuan/kepribadian seseorang sehingga memudahkan untuk data staffing. lah, hasil tes nya sempurna dan tak sesuai dengan realitanya piye?<br /><br />contoh yang dekat, siswa2 sekarang yang score orientation.. mereka akan melakukan apa saja supaya dapat nilai bagus ya kan?nyontek misalnya..<br /><br />berbeda dengan pembelajaran yang menstimulasi para siswa untuk berpikir.. misalnya guru bertanya pada anak kelas 1 SD, "apa saja yang akan kamu lakukan untuk membuat pesta ulang tahunmu?" ini pertanyaan yang sederhana dan menarik bagi anak. tapi disinilah kita mengetahui kemampuan berpikir anak pada hal2 yang mendetail. ada anak yang mentakan "aku akan undang teman-teman, pilih kue ulang tahun yang kusukai, lalu buat pesta yang meriah dirumahku", hanya 3 tahap yang ia miliki. tapi ada anak yang bisa lebih mendetail misalnya " aku akan bilang dan minta izin pada orang tuaku bahwa aku ingin ada pesta ulang tahun, aku akan buat daftar teman-teman yang akan di undang, aku akan buat daftar apa saja yang aku perlukan untuk pesta ulang tahun, aku akan pergi ke toko untuk membeli kartu undangan... dll" anak yang ini lebih mendetail, mungkin dia bisa membuatnya lebih dari 20 tahapan hingga sangat mendetail. bukankah perencanaan seperti itu kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari, dan tentunya akan menstimulasi otak kita untuk berfikir. dengan stimulasi yang sering untuk berfikir seperti itu, maka akan terjadi penebalan pada myelin di otak dan menambah lipatan-lipatan pada otak.<br /><br />jadi, ayo stimulasi anak-anak disekitar kita... ada 3 aspek lingkungan yang mempengaruhi pembelajaran bagi seorang anak yaitu orang tua (keluarga), sekolah, pemerintah (kebijakan, peraturan,dll)<br /><br />Best Regard,<br />Dewi JulitaTaqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-8039982524989209952008-12-17T06:04:00.000-08:002008-12-17T06:06:07.588-08:00Tes masuk SD harus BISA CALISTUNG (Baca Tulis Hitung) ?Assalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh...<br />setahu saya, memang tidak ada peraturan bahwa Tes Baca Tulis dijadikan sebagai syarat masuk SD. tes yang seharusnya di berlakukan untuk masuk SD hanyalah tes kesiapan masuk sekolah. contohnya, saat anak dihadapkan pada kotak makannya, apakah ia sudah mampu membukanya sendiri? contoh lain misalnya ada interview yaitu interviewer bertanya pada anak "jika ingus anak mengalir dari salah satu atau kedua hidungnya, apa yang akan mereka lakukan?" (nB:tentu saja seharusnya mengelapnya-red) nah.. tes-tes seperti itu disebut sebagai tes kesiapan sekolah anak.<br /><br />misalnya pada tes tersebut anak tidak dapat membuka kotak makannya sendiri, saat interview anak tidak tahu apa yang harus ia lakukan dengan hidungnya dll, selayaknya anak tetap bisa masuk ke sekolah tersebut. karena bukankah program pemerintah kita adalah Wajib belajar 9 tahun? artinya siapa saja wajib sekolah pada rentang usia tersebut, sehingga tidak patutlah jika tes-tes tertentu malah menghambat keinginan mereka untuk sekolah. terkecuali faktor usia yang masih belum waktunya, misal ank usia 5 tahun sudah ingin di masukkan SD, sebaiknya memang menunggu usia 6/7 tahun karena hal ini terkait dengan kematangan serta perkembangan anak sesuai dengan usianya.<br /><br />Tes masuk SD memang menjadi fenomena tersendiri... sekolah-sekolah yang terkenal 'elite' biasanya akan menseleksi siswa mulai dari tes psikologi dengan mempertimbangkan score IQ, juga tes kognitif yang biasanya meliputi 'calistung' (baca, tulis, hitung). hal ini tentu perlu di kritisi bersama.. misal dari pihak sekolah. jika sekolah hanya membutuhkan 100 orang murid (misal-red) mengapa sekolah harus menjual (menyediakan) formulir hingga 500 formulir? berapa harga sebuah formulir itu? ada yang mencapai ratusan ribu... tinggal dikalikan saja dengan jumlah ketersediaan formulir tersebut... bisa jadi ini disebut kapitalisme pendidikan..<br /><br />biasanya, pihak orang tua yang akan membeli beberapa formulir di beberapa sekolah elite, khawatir anaknya tak lulus disatu tempat sehingga perlu cadangan disekolah lain.. kira2 siapa yang akan merasa ditekan? tentunya sang anak.. sebelum masuk sekolah mungkin sang anak sudah diles kan macam-macam.. les baca, les menulis.. berhitung.. dll. belum lagi saat tes menjalani tes.. mungkin masih ada saja orang tua yang tengah mendikte anaknya untuk melakukan hal2 tertentu agar bisa lulus tes.. misal latihan wawncara di rumah.. " nanti kalau di tanya ini.. jawabnya ini.. bla..bla.." belum lagi penjalanan dari tes yang satu ke tes yang lain.. dari sekolah yang satu ke sekolah yang lain..<br /><br />saya khawatir... sekolah dan orang tua hanya berorientasi pada Tes..tanpa melihat kembali esensi awal dari pentingnya ank untuk sekolah. saya khawatir jika masuk sekolah hanya menjadi beban bagi anak-anak..<br /><br />Jika tes SD sudah CALISTUNG... maka anak-anak yang di TK lah yang mau tidak mau akan di presure untuk BISA CALISTUNG. padahal, di TK anak2 hanya dikenalkan dengan calistung bukan menjadikannya sebagai orentasi utama. apakah anda mau anak-anak anda MOGOK sekolah baru di ting kat kelas 3 SD? ini sudah menjadi fenomena.. dan mengapa akhirnya sekolah di rumah atau home schooling menjadi alternatif?<br /><br />yang utama harus kita perhatikan adalah pembelajaran haruslah dapat menstimulasi setiap aspek perkembangan anak.. tidak hanya kognitif.. akan tetapi juga kemampuan bahasa, sosial, emosional, kemandirian, motorik kasar dan halus.. dan lain-lain. stimulasi pembelajaran yang diberikan harus lah merangsang anak menjadi pribadi yang aktif, kreatif dan menyenangkan bagi anak.. pembelajaran terkait dengan apa yang anak dapatkan, bukan score atau nilai yang mereka hasilkan..<br /><br />mari bercermin sejenak.. bagaimana perasaan kita jika ank tersebut adalah kita. disisi lain.. tahapan usia kita saat itu masih membuat kita ingin bermain.. ingin bereksplorasi.. tapi orang tua dan lingkungan kita memaksa kita untuk HARUS BISA BACA< MENULIS BERHITUNG.. HARUS BELAJAR... bisa-bisa anak akan trauma mendengar kata belajar.. benci melihat buku.. tak mau memegang pensil.. dll. pertanyaanya adalah.. apakah kemampuan anak di usia dini terkait dengan CALISTUNG akan menjamin kesuksesan hidupnya dalam kemudian hari? mari menengok realita kita saat ini... karena berorientasi nilai.. berapa banyak orang yang berlomba-lomba masuk tes POLISI, TNI, CPNS, bahkan untuk menjadi karyawan pun harus menggunakan jalur belakang?<br /><br />mari kita beralih dari orientasi SCORE.. menuju orientasi VALUE (nilai2..)..<br /><br />Silahkan lihat artikel berikut pada blog saya:<br />Anak Takut Sekolah: <a href="http://taqiyaasywaq.multiply.com/item/16/Anak_takut_Sekolah" target="_blank">http://taqiyaasywaq.multiply.<wbr>com/journal/item/16/Anak_<wbr>takut_Sekolah</a><br />sekolah Primitif: <a href="http://taqiyaasywaq.multiply.com/item/14/sekolah_primitif_part_1_" target="_blank">http://taqiyaasywaq.multiply.<wbr>com/journal/item/14/sekolah_<wbr>primitif_part_1_</a><br /><br />Best Regard,<br />Dewi Julita<br />Pendidikan Anak usia dini - Universitas Negeri JakartaTaqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-45551909158926840762008-12-17T05:53:00.000-08:002008-12-17T06:04:19.783-08:00Suatu hari di pendongkelanSuatu hari di Pendongkelan ...<br />Sabtu, 13 desember 2008.. sekitar pukul 2 siang aku baru tiba disana, kulangkahkan kakiku menyusuri pinggiran entah sungai .. entah danau.. yang airnya tengah hijau pekat... Pendongkelan, begitu masyarakat setempat menyebut tempat itu.. entah berasal dari apa nama itu.. atau entah memiliki makna apa..<br /><br /><br />tempat ini berlokasi tak jauh dari perempatan cempaka mas.. tempat yang sering kulewati.. tempat yang selalu menyerbu kepalaku dengan banyak pertanyaan..<br /><br />kini aku benar-benar berada ditengah-tengah mereka.. tempat yang sangat padat. tentu tak bisa dikatakan memiliki sanitasi yang baik. dengan rumah bertembok semi permanen, bahkan lebih di dominasi dari kayu.. kutebak, tanah yang mereka tempati pun diragukan kelegalannya... mengapa kukatakan demikian? karena tak jauh dari tempat padat itu.. mataku tertumbuk pada lahan kosong yang seperti pernah ditinggali. bekas bangunan yang diratakan dengan tanah... dan aad tulisan 'tanah ini milik...'<br /><br />begitulah.. namanya juga cuma nebak..<br /><br />pertanyaan itu kembali hadir.. sebenarnya, mengapa orang-orang ini mau berhimpitan diJakarta? apa yang mereka pikirkan tentang pendidikan anak mereka nanti? mengapa mereka begitu kukuh mempertahankan diri bertarung dengan kebengisan jakarta? apakah pekerjaan mereka begitu sangat menghasilkan? apakah mereka nyaman dengan kondisi itu?... pertanyaan2 itu kian beranak binak..<br /><br />well, ini Jakarta bung! siapa saja bermimpi untuk tinggal di kota ini.. sudut hatiku yang lain menimpali.<br /><br />yah, mungkin sudah biasa bagi jakarta melihat kondisi ini, tentu ada di berbagai sudut jakarta yang sangat kontras dengan gedung2 tinggi nan menjulang jua elok nan rupawan.<br /><br />tapi, ternyata masih tak bisa di bilang biasa... hatiku tak bisa menyetujui bahwa ini adalah suatu yang biasa.. entahlah.. meski kitahan uat-kuat, ternyata tetesan darah itu pun mengalir dari sela pori-pori hatiku.. perih.. itu yang kurasakan.<br /><br />kakiku menikung, masuk kesebuah gang (entah layak disebut gang atau tidak-red) seolah tengah menerabas rerimbunan semak, padat sekali.. dan tibalah aku pada sebuah tempat yang ku tuju.. sesaat tiba-tiba mataku tertumbuk pada sebuah ruangan yang tengah padat dengan anak-anak.. dan beberapa temanku yang telah datang lebih awal.ada sesungging senyum yang menetes membasuh perih itu.. setetes harapan, bisikku..<br /><br />yah, melihat anak-anak itu.. semanagt sekali.. meski berada dalam ruangan yang sempit, berdindingkan kayu... dan tiga kipas angin kecil yang berputar diatas<br />atapnya tak mampu mengusir panas yang kian menguap memenuhi seluruh ruangan. suara saling beradu.. namun keceriaan tetap terlukis ditiap kanvas wajah-wajah mungil itu.. wajah-wajah khas anak indonesia.. gradasi mulai dari kuning langsat hingga sawo matang yang pekat..<br /><br />butir-butir peluh seolah berlomba meluncur dari pelipis dan dahi setiap orang dalam ruangan itu, begitu pula denganku yang tak seberapa lama tengah berada dalam ruangan itu..<br /><br />anak-anak itu kami klasifikasikan menjadi 3 bagian. pertama early childhood usia TK-klas 2 SD, 3-6 SD, dan SMP. masing2 tengah dihandle oleh beberapa fasilitator (teman2BEM).<br /><br />ini adalah community development (COMDEV) yang kami laksanakan.. ada harapan besar yang tersirat dari setiap wajah yang kutemui disana..<br /><br />"kak.. si bayu itu pintar loh.. waktu SD dia selalu dapat juara kelas" ujar seorang anak yang bernama Yuli. pendidikan itu milik setiap anak bukan? melihat dan mendenngar percakapan mereka, membuat kepalaku berpikir dan terus saja berpikir tentang program stimulasi apa saja yang mereka butuhkan.. banyak sekali file di otakku yang terbuka... hingga terpaksa aku harus menekan tombol "windows" dan tombol "D" secara bersamaan agar file-file itu secara otomatis ter-minimize semua.yah, untuk sementara...<br /><br />tiba2 pertanyaan2 lain bermunculan saat ada salah seorang anak menggunakan HP, berapa usianya?gaya hidupnya? dll.. mengapa komunitas kumuh ini ada warnet?(saat aku melihat ruanagn kecil yg semula kukira kamar mandi umum)<br /><br />aq trus btanya2???<br /><br />Dec 17, '08 8:55 AMTaqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-46569615798894340742008-12-05T05:52:00.000-08:002008-12-05T05:53:46.490-08:00Our Child, Our Leadersepasang mataku tertumbuk pada sepasang bola mata nan bulat lagi jernih.. dalam sekali.. kutilik hingga ke dasar hatinya, namun belum kutemukan jawab yang kupinta.. ingin sekali kuhadapkan ia kedekatku, hingga ke dua lutut kami pun bertemu.. ku genggam kedua tangannya dengan lembut.. seraya mataku terus saja menatap sepasang matanya... ku hadiahkan senyum termanis yang kumiliki... dan tak sabar sebuah pertanyaan hendak meluncur dari celah kedua bibirku yang sejak tadi masih saja terkunci..<br /><br />"nak,apa kabarmu? senangkah kau hari ini?" begitu kalimat mula yang akan terlontar.<br /><br />"nak, apa yang kau citakan untuk masa depan?"<br /><br />lanjutku memulai diskusi kecil kami, bersama mentari yang memantulkan sinar hangatnya... jua awan yang berarak-arak.. sengaja menaungi kami agar tetap merasa dalam keteduhan...<br /><br />"jika kau menjadi ini dan itu, apa yang akan kau lakukan pada temanmu yang menjadi ini dan itu?" diskusi kami pun akan kian berkembang.. sesekali kami akan tertawa kecil, atau bahkan sedikit tergelak karena canda yang menyelip disela diskusi kecil kami saat itu..<br /><br />sesekali pula kedua telapak tangan kami saling bertemu untuk bertepuk penuh semangat, atau sesekali.. jemariku membelai kepalanya lembut, sekedar memberi penguatan atas argumennya yang belum tentu terfikirkan oleh kita orang dewasa..<br /><br />ah, begitulah seharusnya anak-anak Indonesia di stimulasi tentang kepemimpinan..<br /><br />"Jika kamu menjadi presiden, apa yang akan kamu lakukan bagi para pemulung? kamu pernah melihat para pemulung bukan? mereka tinggal di rumah-rumah kardus.. didalam gerobak.. bahkan tidur di pinggir jalan.. mereka harus melewati hari yang terik, atau hari yang diguyur hujan deras... sementara mereka harus terus mengais plastik-plastik botol atau bekas minuman lainnya, agar mereka bisa makan hari itu... lelah sekali mereka berjalan.. menyusuri satu tempat ke tempat lainnya... bagaimana perasaanmu? apa pendapatmu?"<br /><br />dari sanalah rasa sensitifitas mereka ditumbuhkan...<br /><br />juga untuk berbagai profesi lainnya...<br /><br />anak juga harus dikenal kan, bahwa dalam realita hidup ada berbagai jenis profesi.. bukan hanya dokter, guru, polisi, astronot, ... tapi ada pedagang asongan, penjual dipasar, psikolog, pengacara,dosen, supir, montir, pengusaha, karyawan, tukang sampah, pengasuh, dll...<br /><br />mengetahui bagaimana jerih payah masing-masing profesi juga penting, hal ini akan menstimulasi rasa sensitifitas anak untuk menghargai setiap pekerjaan sekecil apapun. dan tak melihat atau membedakan peran seseorang dari jenis pekerjaannya karena mereka tahu bahwa profesi yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan serta memiliki peran masing-masing.<br /><br />masalah kepimimpinna, tidak hanya berdasarkan kemampuan anak dalam mengisi soal-soal tentang kepemimpinan, yang perlu ditumbuhkan adalah hal-hal yang bersikap aplikatif dalam keseharian..<br /><br />penting untuk mengetahui pikirin anak, juga pendapat-pendapatnya... disitulah intelektualitas dan benih jiwa kepemimpinan itu bermula. bagaimana anak mampu memecahkan masalah.. serta bagaimana anak mau untuk memikirkan hal-hal yang belum terjadi dan kemungkinan akan terjadi... espectation (harapan)...<br /><br />artinya, kita juga telah mengajarkan anak menjadi pribadi yang antisipatif.. jangan sampai masalah datang melampaui batas kemampuan solusiya...<br /><br />melihat pemimpin masa depan, maka lihatlah anak-anak dimasa kini. lihatlah perangai mereka...<br /><br />sejenak bercermin pada diri, pola asuh seperti apakah yang tengah kita terapkan? teladan apa kah yang mungkin tanpa sadar kita perlihatkan? kata-kata apa saja yang pernah terlontar dari mulut kita dan ternyata terekam baik oleh mereka?...<br /><br />stimulasi perkembangan seorang anak tak hanya di pengaruhi oleh potensi alami yang ia miliki, akan tetapi juga terdapat pada pengaruh lingkungan terutama orang dewasa disekelilingnya...<br /><br />Best regard,<br />TaqiyaAsywaq<br /><br />bersama dingin, <span id="datetimetag"><script type="text/javascript">localDateTimewithTimezone("12/4/2008 7:32 am","datetimetag","ID");</script>Thursday, 4 December, 2008 10:32 PM</span><br /><br />Salam hangat penuh persaudaraan<br />semoga hari ini penuh hikmah<br />Semoga ALlah senantiasa memudahkan langkah2 kita menujuNyaTaqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-5484172365762454542008-12-05T05:51:00.000-08:002008-12-05T05:52:12.845-08:00Menulis Saja<div id="ln0">rasanya, hanya ingin menulis saja..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln0'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln1">menulis dan menulis...</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln1'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln2">tak ada yang lain..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln2'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln3'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln4">rasanya jemariku tak ingin berhenti menulis... menekan tuts-tuts keyboard dihadapanku...</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln4'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln5'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln6">lincah sekali mereka melompat, dari satu huruf ke huruf yang lain..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln6'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln7">entah apa yang digemari jemariku... entah apa yang membuat mereka merasa senang dan tak merasa lelah berjingkrak diatas tuts-tuts itu...</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln7'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln8'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln9">meski lelah... mereka tetap saja ingin menulis dan menulis...</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln9'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln10'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln11'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln12">mengapa? ada apa?</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln12'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln13">apa yang mereka tuliskan.. seolah mereka ingin menunjukkan sesuatu..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln13'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln14">seolah mereka ingin mengungkapkan sesuatu..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln14'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln15">seolah, yah.. seolah mereka hendak meneriakkan sesuatu, bahkan..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln15'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln16'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln17">ah, jari jemariku yang mungil... sudahlah... cukupkanlah... dan berhentilah..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln17'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln18">kumohon, beristirahatlah sejenak... siapa yang memerintahkan kalian untuk menari-nari seperti itu..?</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln18'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln19">hati kah? atau sang fikir yang menginstruksikan?</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln19'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln20">ada apa?</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln20'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln21'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln22">kumuhon berhentilah sejenak..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln22'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln23">sejenak saja..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln23'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln24'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln25">Tidak! mengapa kalian membantah..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln25'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln26'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln27">dan jemariku terus saja menulis.. huruf demi huruf..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln27'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln28">merangkai kata demi kata..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln28'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln29">menyambungkan kalimat-demi kalimat..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln29'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln30'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln31">meski ku tak mampu mengerti... apa yang mereka tuliskan???</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln31'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln32'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln33">apa yang mereka inginkan..?</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln33'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln34">ada penatkah?</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln34'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln35'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln36">apakah mereka menyalurkan aspirasi sudut yang lain? siapa??</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln36'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln37">dimana? dan mengapa?</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln37'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln38'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln39">hey, kumuhon beri aku penjelasan...</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln39'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln40'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln41">jangan biarkan aku berada dalam tak kemengertian..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln41'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln42">kurasa, mereka sudah bersekongkol...</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln42'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln43">yah, aku yakin sekali! ini pasti sebuah persekongkolan.. antara fikir, hati dan para jemari... hmmm aku sungguh menaruh curiga pada mereka... jangna-jangan mereka hendak mengKUDETA ku!!</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln43'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln44'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln45">ada apa?</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln45'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln46'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln47">apa sebenarnya yang sedang mereka rencanakan..???</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln47'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln48">apa sebenarnya yang hendak mereka lakukan??</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln48'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln49'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln50">apa yang tengah kuperbuat??</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln50'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln51">adakah yang salah..?? lalu mengapa mereka tak lagi mau menuruti perintahku..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln51'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln52">dan, aku kian lelah...</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln52'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln53'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln54">tapi jemariku terus saja menulis dan menulis...</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln54'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln55'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln56">yah, ia terus saja menulis...</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln56'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln57'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln58">kumuhon.. berhntilah... wahai para jemariku yang mungil...</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln58'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln59">wahai hati dan fikir... perintahkanlah ia untuk berhenti menulis... berhentilah.. sejenak saja..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln59'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln60'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln61">sejenak..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln61'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln62">yah, sejenak...</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln62'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln63'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln64">Regard,</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln64'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln65">IbSin_<span id="datetimetag">Tuesday, 2 December, 2008 10:09 AM</span></div>Taqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-50009026798603258902008-12-05T05:48:00.000-08:002008-12-05T05:49:54.191-08:00Aina Al Ghamamu?<div id="ln0">aina al ghamamu?</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln0'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln1">dimanakah awan yang menaungi?</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln1'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln2">saat terik yang menusuk...</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln2'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln3">saat hujan yang membadai..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln3'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln4">saat dingin yang menulang...</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln4'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln5'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln6">aina al ghamam?</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln6'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln7">al ghamamu masrur... awan yang menaungi, menyenangkan..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln7'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln8">membawa keteduhan..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln8'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln9'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln10">aina..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln10'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln11'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln12">al ghamam..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln12'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln13'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln14">Regard,</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln14'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln15">IbSin_<span id="datetimetag">Tuesday, 2 December, 2008 9:59 AM</span></div>Taqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-1850388923441463362008-12-05T05:46:00.000-08:002008-12-05T05:48:47.686-08:00Pusing Sekali<div id="ln0">pusing sekali.. hffh..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln0'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln1">kepalaku terasa berat... rasanya, kepalaku harus di regresh.. semoga saja tidak harus di instal ulang...</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln1'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln2'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln3">mungkin memorynya sudah terlalu penuh... sedang kapasitasnya sudah overload..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln3'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln4'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln5">pusing sekali, rasanya ingin menangis..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln5'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln6">pusing sekali...</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln6'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln7'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln8">pusing...</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln8'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln9'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln10">aku ingin merapikan file-file dikepalaku dalam beberapa folder yang tersusun rapi, lalu menyelesaikannya satu persatu...</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln10'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln11'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln12">tapi, aku pusing sekali.. sungguh..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln12'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln13">bagaimana ini?</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln13'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln14'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln15">aku..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln15'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln16">pusing..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln16'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln17'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln18">pusing sekali..</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln18'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln19'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln20">Regard,</div> <script type="text/javascript"> var curDiv = document.getElementById('ln20'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } </script><div id="ln21">IbSin_<span id="datetimetag">Tuesday, 2 December, 2008 9:50 AM</span></div>Taqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-53436445049655085822008-10-30T07:02:00.000-07:002008-10-30T07:05:51.816-07:00Gadis Tepi jendelaaku.. senang bersahabat dengan jendela,<br />entah sejak kapan..<br />saat aku berada disudut kamarku, jendela adalah tempat yang nyaman tempat ku bertengger dan menatap cakrawala nun jauh diluar sana..<br />saat pagi yang menyuguhkan pendar fajar menyingsing..<br />saat siang menghadiahkan terik tepat berada digaris vertikal memotong cakrawala..<br />saat petang, senja yang rona menampik pandangku.. memantulkan sahaja yang kilau,menumbuk pipiku lembut.....<br /><br />dan, saat malam tiba..<br />ia menantangku... menyusuri gelap yang pekat, hingga saat malam mengejutkanku pada purnama yang menakjubkan..<br /><br />aku, masih disini... ditepi jendela..<br />entah mengapa, tak kutemui kebosanan disisinya..<br /><br />saat tubuhku terlambung ditara kepadatan bus-bus kota... tepi jendela tetap menjadi tempat favoritku..<br /><br />aku tak peduli, apakah aku duduk.. atau berdiri.. aku, hanya ingin didekat jendela.<br /><br />menatap setiap sudut kota yang pikuk namun lengang..<br />memandangi negeri yang tak kumengerti mengapa begitu tebal dengan poles namun, nyata keriputnya..<br /><br />negeri ini.. negeri yang aneh.. dengan penghuni yang aneh...<br /><br />aku, sungguh tak mengerti..<br />mengapa begitu banyak kutemui tubuh bernyawa yang terhampar bagai sampai diluar jendela? mereka lapar... dan aku tahu bagaimana rasanya lapar..<br /><br />mereka gersang dengan terik, bergumul dengan debu, bersahabat dengan polusi... dan aku, bisa merasakannya..<br /><br />ini, negeri yang sangat senang saling meracun! aku melihat kepulan asap beracun, sulit kudapati sudut yang tak dihuni kaum peracun ini... mereka hanya menghisap sepuntung rokok.. di bus, terminal, pusat perbelanjaan, pusat pemerintahan, lembaga pendidikan, masjid dan surau.. terminal.. ah..<br /><br />sesak sekali!! mereka.. jahat sekali...<br />tuidak bisakah mereka hanya meracun diri mereka sendiri?<br /><br />ini.. PEMBODOHAN pikirku... bahkan seorang gelandanganpun menghjisapnya.. bukankah lebih baik belikan sebungkus nasi? pikirku..<br /><br />ini.. benar2 pembodohan..<br /><br />mengapa iklan2 RACUN itu begitu indah dan megahnya menghias atap kantor pak polisi dengan layar sebesar layar bioskop?mengapa pak polisi menyuruh penghuni negeri ini merokok?pikirku.. apakah mereka cuga telah menjadi bagian dari PERACUN itu??<br /><br />ini, pembodohan..<br /><br />dimana pemerintah negeri ini?<br />oh ya, perusahaan rokok adalah penyumbang pajak terbesar katanya...<br />jika perusahaan roko ditutup, maka bagaimana nasib puluhan ribu buruh pabrik rokok?? begitu alibi mereka..<br />JAHAT!!!<br /><br />apakah para buruh rokok itu tengah kaya dengan meng'hamba'kan diri di pabrik itu?? TIDAK!! itu jawabnya.. karena upah mereka amat minim.. dan bukankah itu artinya BODOH dan MISKIN akan tetap melencana di negeri ini???<br /><br />swedih sekali rasanya...<br /><br />mengapa banyak sekali pembodohan??<br /><br />dan aku, masih saja menjadi gadis tepi jendela..<br /><br />aku, masih ditepi jendela... mengintip 'guru utama' yang menghipnotis penduduk negeri ini.. TV!! dan lagi-lagi kulihat PEMBODOHAN didalamnya..<br /><br />tak hanya pem bodohan.. tapi njuga PEMUSYRIKAN!!<br /><br />lihat saja.. kian banyak iklan yang meminta kirim sms dengan REG spasi ... bla..bla..bla..<br /><br />MAMA LAURENT lah.. MANJUR lah.. entah apa lagi... belum lagi penyedia sms chatting dan pemberian games gratis... ini pembodohan bagi generasi bangsa ini..<br /><br />TAK ada yangs adarkah???<br /><br />belum lagi tayangan2 lain yang minim pencerdasan..<br /><br />ah, BODOH!<br />begitulah mungkin yang diharapkan orang2 yang mengaku pemilik kebijakan itu...<br /><br />sedih sekali rasanya.. aku, terperangkap!! disini.. di tepi jendela..<br /><br />kenapa aku hanya bisa jadi gadis tepi jendela..??<br /><br />saat jemariku hendak menggapai keluar... ada kaca yang menghijab, dan aku.. hanya bisa memandang pilu..<br /><br />ini sungguh negeri yang aneh..<br />mengapa banyak orang yang bebal dan pekak? tak adakah yang masih mau berletih-letih untuk berfikir?<br /><br />ini.. sungguh aneh..<br />kian kuamati sekelilingku...<br />kian melembar tepi jendela yang menemaniku.. kian rebak perih itu menyelusup..<br /><br />jendela dan tepi..<br />apakah dunia ini seperti jendela yang tak bertepi?<br />ataukah tepi yang tak berjendela?<br /><br />Kamis,30 oktober 2008 -20.58-<br />Tepi Jendela,Taqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1077973020756598544.post-84774815879432323832008-10-20T19:36:00.000-07:002010-05-26T18:14:49.551-07:00Jangan Biarkan Allah MenungguBagaimanakah perasaanmu jika kau sudah memiliki janji atau jadual rutin seperti kuliah, atau jadual bimbingan skripsi dengan dosen, atau jadual pertemuan/rapat penting dengan pengusaha besar, apakah kau akan membuat mereka menunggu lama?<br />Tentunya tidak! kita pasti akan berusaha datang tepat waktu bahkan sebelum waktu yang telah dijanjikan. sebelum pertemuan, tentunya banyak hal yang telah kita persiapkan.<br /><br />Ah, sungguh memalukan...<br />dimana kita saat adzan berkumandang? dimana kita saat panggilan menghadapnya telah bertalu?... dengarkah? yah, kita mendengar... atau terkadang malah pura-pura tidak mendengar? dan, kita pun asyik terus saja mengobrol... asyik melanjutkan aktivitas tanpa sela sejenak. bukankah kita pengikut Rosulullah? maka, mengapakah kita tidak ingat bahwa ia pernah memerintahkan kita untuk diam sejenak mendengarkan adzan serta segera bergegas 'menemuiNya'?<br /><br />mengapakah kita sulit meninggalkan bangku kuliah sejenak untuk idzin sholat tepat waktu?<br />sangat sayang meninggalkan ruang rapat/pertemuan meski adzan telah lama berlalu...<br />enggan sejenak mengalihkan aktifitas yang 'tanggung' untuk sejenak diletakkan dan berpindah menuju oase keteduhan...Taqiya Asywaqhttp://www.blogger.com/profile/06089902627418190966noreply@blogger.com0