Rabu, 17 Desember 2008

Suatu hari di pendongkelan

Suatu hari di Pendongkelan ...
Sabtu, 13 desember 2008.. sekitar pukul 2 siang aku baru tiba disana, kulangkahkan kakiku menyusuri pinggiran entah sungai .. entah danau.. yang airnya tengah hijau pekat... Pendongkelan, begitu masyarakat setempat menyebut tempat itu.. entah berasal dari apa nama itu.. atau entah memiliki makna apa..


tempat ini berlokasi tak jauh dari perempatan cempaka mas.. tempat yang sering kulewati.. tempat yang selalu menyerbu kepalaku dengan banyak pertanyaan..

kini aku benar-benar berada ditengah-tengah mereka.. tempat yang sangat padat. tentu tak bisa dikatakan memiliki sanitasi yang baik. dengan rumah bertembok semi permanen, bahkan lebih di dominasi dari kayu.. kutebak, tanah yang mereka tempati pun diragukan kelegalannya... mengapa kukatakan demikian? karena tak jauh dari tempat padat itu.. mataku tertumbuk pada lahan kosong yang seperti pernah ditinggali. bekas bangunan yang diratakan dengan tanah... dan aad tulisan 'tanah ini milik...'

begitulah.. namanya juga cuma nebak..

pertanyaan itu kembali hadir.. sebenarnya, mengapa orang-orang ini mau berhimpitan diJakarta? apa yang mereka pikirkan tentang pendidikan anak mereka nanti? mengapa mereka begitu kukuh mempertahankan diri bertarung dengan kebengisan jakarta? apakah pekerjaan mereka begitu sangat menghasilkan? apakah mereka nyaman dengan kondisi itu?... pertanyaan2 itu kian beranak binak..

well, ini Jakarta bung! siapa saja bermimpi untuk tinggal di kota ini.. sudut hatiku yang lain menimpali.

yah, mungkin sudah biasa bagi jakarta melihat kondisi ini, tentu ada di berbagai sudut jakarta yang sangat kontras dengan gedung2 tinggi nan menjulang jua elok nan rupawan.

tapi, ternyata masih tak bisa di bilang biasa... hatiku tak bisa menyetujui bahwa ini adalah suatu yang biasa.. entahlah.. meski kitahan uat-kuat, ternyata tetesan darah itu pun mengalir dari sela pori-pori hatiku.. perih.. itu yang kurasakan.

kakiku menikung, masuk kesebuah gang (entah layak disebut gang atau tidak-red) seolah tengah menerabas rerimbunan semak, padat sekali.. dan tibalah aku pada sebuah tempat yang ku tuju.. sesaat tiba-tiba mataku tertumbuk pada sebuah ruangan yang tengah padat dengan anak-anak.. dan beberapa temanku yang telah datang lebih awal.ada sesungging senyum yang menetes membasuh perih itu.. setetes harapan, bisikku..

yah, melihat anak-anak itu.. semanagt sekali.. meski berada dalam ruangan yang sempit, berdindingkan kayu... dan tiga kipas angin kecil yang berputar diatas
atapnya tak mampu mengusir panas yang kian menguap memenuhi seluruh ruangan. suara saling beradu.. namun keceriaan tetap terlukis ditiap kanvas wajah-wajah mungil itu.. wajah-wajah khas anak indonesia.. gradasi mulai dari kuning langsat hingga sawo matang yang pekat..

butir-butir peluh seolah berlomba meluncur dari pelipis dan dahi setiap orang dalam ruangan itu, begitu pula denganku yang tak seberapa lama tengah berada dalam ruangan itu..

anak-anak itu kami klasifikasikan menjadi 3 bagian. pertama early childhood usia TK-klas 2 SD, 3-6 SD, dan SMP. masing2 tengah dihandle oleh beberapa fasilitator (teman2BEM).

ini adalah community development (COMDEV) yang kami laksanakan.. ada harapan besar yang tersirat dari setiap wajah yang kutemui disana..

"kak.. si bayu itu pintar loh.. waktu SD dia selalu dapat juara kelas" ujar seorang anak yang bernama Yuli. pendidikan itu milik setiap anak bukan? melihat dan mendenngar percakapan mereka, membuat kepalaku berpikir dan terus saja berpikir tentang program stimulasi apa saja yang mereka butuhkan.. banyak sekali file di otakku yang terbuka... hingga terpaksa aku harus menekan tombol "windows" dan tombol "D" secara bersamaan agar file-file itu secara otomatis ter-minimize semua.yah, untuk sementara...

tiba2 pertanyaan2 lain bermunculan saat ada salah seorang anak menggunakan HP, berapa usianya?gaya hidupnya? dll.. mengapa komunitas kumuh ini ada warnet?(saat aku melihat ruanagn kecil yg semula kukira kamar mandi umum)

aq trus btanya2???

Dec 17, '08 8:55 AM

Tidak ada komentar: