Rabu, 17 Desember 2008

Tes masuk SD harus BISA CALISTUNG (Baca Tulis Hitung) ?

Assalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh...
setahu saya, memang tidak ada peraturan bahwa Tes Baca Tulis dijadikan sebagai syarat masuk SD. tes yang seharusnya di berlakukan untuk masuk SD hanyalah tes kesiapan masuk sekolah. contohnya, saat anak dihadapkan pada kotak makannya, apakah ia sudah mampu membukanya sendiri? contoh lain misalnya ada interview yaitu interviewer bertanya pada anak "jika ingus anak mengalir dari salah satu atau kedua hidungnya, apa yang akan mereka lakukan?" (nB:tentu saja seharusnya mengelapnya-red) nah.. tes-tes seperti itu disebut sebagai tes kesiapan sekolah anak.

misalnya pada tes tersebut anak tidak dapat membuka kotak makannya sendiri, saat interview anak tidak tahu apa yang harus ia lakukan dengan hidungnya dll, selayaknya anak tetap bisa masuk ke sekolah tersebut. karena bukankah program pemerintah kita adalah Wajib belajar 9 tahun? artinya siapa saja wajib sekolah pada rentang usia tersebut, sehingga tidak patutlah jika tes-tes tertentu malah menghambat keinginan mereka untuk sekolah. terkecuali faktor usia yang masih belum waktunya, misal ank usia 5 tahun sudah ingin di masukkan SD, sebaiknya memang menunggu usia 6/7 tahun karena hal ini terkait dengan kematangan serta perkembangan anak sesuai dengan usianya.

Tes masuk SD memang menjadi fenomena tersendiri... sekolah-sekolah yang terkenal 'elite' biasanya akan menseleksi siswa mulai dari tes psikologi dengan mempertimbangkan score IQ, juga tes kognitif yang biasanya meliputi 'calistung' (baca, tulis, hitung). hal ini tentu perlu di kritisi bersama.. misal dari pihak sekolah. jika sekolah hanya membutuhkan 100 orang murid (misal-red) mengapa sekolah harus menjual (menyediakan) formulir hingga 500 formulir? berapa harga sebuah formulir itu? ada yang mencapai ratusan ribu... tinggal dikalikan saja dengan jumlah ketersediaan formulir tersebut... bisa jadi ini disebut kapitalisme pendidikan..

biasanya, pihak orang tua yang akan membeli beberapa formulir di beberapa sekolah elite, khawatir anaknya tak lulus disatu tempat sehingga perlu cadangan disekolah lain.. kira2 siapa yang akan merasa ditekan? tentunya sang anak.. sebelum masuk sekolah mungkin sang anak sudah diles kan macam-macam.. les baca, les menulis.. berhitung.. dll. belum lagi saat tes menjalani tes.. mungkin masih ada saja orang tua yang tengah mendikte anaknya untuk melakukan hal2 tertentu agar bisa lulus tes.. misal latihan wawncara di rumah.. " nanti kalau di tanya ini.. jawabnya ini.. bla..bla.." belum lagi penjalanan dari tes yang satu ke tes yang lain.. dari sekolah yang satu ke sekolah yang lain..

saya khawatir... sekolah dan orang tua hanya berorientasi pada Tes..tanpa melihat kembali esensi awal dari pentingnya ank untuk sekolah. saya khawatir jika masuk sekolah hanya menjadi beban bagi anak-anak..

Jika tes SD sudah CALISTUNG... maka anak-anak yang di TK lah yang mau tidak mau akan di presure untuk BISA CALISTUNG. padahal, di TK anak2 hanya dikenalkan dengan calistung bukan menjadikannya sebagai orentasi utama. apakah anda mau anak-anak anda MOGOK sekolah baru di ting kat kelas 3 SD? ini sudah menjadi fenomena.. dan mengapa akhirnya sekolah di rumah atau home schooling menjadi alternatif?

yang utama harus kita perhatikan adalah pembelajaran haruslah dapat menstimulasi setiap aspek perkembangan anak.. tidak hanya kognitif.. akan tetapi juga kemampuan bahasa, sosial, emosional, kemandirian, motorik kasar dan halus.. dan lain-lain. stimulasi pembelajaran yang diberikan harus lah merangsang anak menjadi pribadi yang aktif, kreatif dan menyenangkan bagi anak.. pembelajaran terkait dengan apa yang anak dapatkan, bukan score atau nilai yang mereka hasilkan..

mari bercermin sejenak.. bagaimana perasaan kita jika ank tersebut adalah kita. disisi lain.. tahapan usia kita saat itu masih membuat kita ingin bermain.. ingin bereksplorasi.. tapi orang tua dan lingkungan kita memaksa kita untuk HARUS BISA BACA< MENULIS BERHITUNG.. HARUS BELAJAR... bisa-bisa anak akan trauma mendengar kata belajar.. benci melihat buku.. tak mau memegang pensil.. dll. pertanyaanya adalah.. apakah kemampuan anak di usia dini terkait dengan CALISTUNG akan menjamin kesuksesan hidupnya dalam kemudian hari? mari menengok realita kita saat ini... karena berorientasi nilai.. berapa banyak orang yang berlomba-lomba masuk tes POLISI, TNI, CPNS, bahkan untuk menjadi karyawan pun harus menggunakan jalur belakang?

mari kita beralih dari orientasi SCORE.. menuju orientasi VALUE (nilai2..)..

Silahkan lihat artikel berikut pada blog saya:
Anak Takut Sekolah: http://taqiyaasywaq.multiply.com/journal/item/16/Anak_takut_Sekolah
sekolah Primitif: http://taqiyaasywaq.multiply.com/journal/item/14/sekolah_primitif_part_1_

Best Regard,
Dewi Julita
Pendidikan Anak usia dini - Universitas Negeri Jakarta

Tidak ada komentar: